NOTE 9 : SEKITAR KITA

Coba kita lihat ke bawah, di lapisan tanah paling atas tempat kita berpijak, terpikirkah oleh kita disitu ada kehidupan yang tak tampak oleh indera mata atau terdengar oleh indera pendengaran kita?, bisa saja berupa mikrooragnisme yang belum tentu mampu dijelaskan dengan ilmu yang kita miliki walaupun hanya untuk mengklasifikasi jenisnya, apalagi jika untuk mendeskripsikan pola kehidupan mereka.
Coba kita lihat ke atas kepala kita, sadarkah kita disitu ada udara?, apakah kita tahu komposisi udara yang sekarang ada di atas kepala kita? bagaimana ion-ion udara bergerak bebas tanpa terdeteksi oleh insting sekalipun. Bagaimana yang jauh dari atas kepala kita, apakah kita sanggup memastikan jumlah benda yang ada di angkasa luar yang tanpa kita sadari/fikirkan bagaimana mereka bergerak, terdiri dari apakah mereka, apa yang terjadi di permukaan maupun di dalam benda tersebut, ternyata kita tidak akan mampu menghimpun seluruh alam semesta ini walaupun sekedar mempelajarinya saja.
Ribuan tahun manusia berusaha menguak fenomena yang terjadi di alam ini, namun hanya sebagian kecil saja yang bisa terungkap sebatas kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Inilah bukti bahwa akal manusia tidaklah mampu untuk menggapai semua yang diinginkannya, sehingga sangatlah tidak layak jika seorang manusia membandingkan ilmunya dengan Ilmu AllahSubhanahu Wa Ta’ala, karena Dia tidak hanya menciptakan namun juga mengatur seluruh alam semesta ini, sementara manusia hanya sanggup belajar dan berteori sesuai kemampuan akalnya saja.
Dengan berbagai macam disiplin ilmu, manusia berusaha mencari jawaban dari semua fenomena alam yang terjadi. Tidak hanya sebatas zat penyusun materinya saja, tapi termasuk interaksi/keterkaitan antara satu materi dengan materi lainnya, baik yang sejenis maupun berlainan jenis, sehingga semakin banyak cabang ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu saja, manusia juga berusaha menguak aktifitas yang terjadi di dalam suatu materi, dari pertanyaan bagaimana materi itu bisa muncul sampai bagaimana materi itu akan hilang. Butuh waktu yang panjang untuk menguak itu semua, bahkan seorang manusia bisa menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari jawaban atas satu fenomena saja.
Sekali lagi, seorang manusia harus menyadari bahwa akal fikirannya tidak akan mampu menjelaskan seluruh fenomena alam. Hanya Zat Yang Maha Agung yang dapat mengkondisikan alam semesta ini hingga semuanya dapat berjalan dalam mekanisme aturan yang sempurna. Begitulah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara tidak langsung memberitahukan kepada kita, bahwa masih ada alam lain yang tidak bisa dijangkau oleh akal fikiran manusia, sebagai isyarat agar manusia bisa memahami/menerima semua aturan yang diperuntukkan kepada manusia, walaupun terkadang tidak bisa dijelaskan oleh akal fikiran.
Kita harus bersyukur dengan apa yang sudah diberitakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita lewat ajaran agama, sehingga kita tidak usah menghabiskan seluruh hidup kita hanya untuk menguak fenomena alam semesta ini. Walaupun, sebagian manusia bertekad untuk berusaha membuktikan kebenaran dari sebagian berita yang diturunkan. Semoga usaha tersebut bisa menambah keyakinannya akan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, namun mereka juga harus berhati-hati mengambil kesimpulan atas usaha pembuktian mereka sebab terkadang secara tidak sadar syaithon bisa menyisipkan hal-hal negatif, sehingga bisa menyesatkan si pencari kebenaran dan/atau orang lain yang mempercayai hasil pembuktian tersebut.
Saat kita mulai melangkah, terkadang muncul bermacam keraguan dalam hati terhadap keyakinan akan agama yang kita peluk. Hal ini disebabkan karena ilmu dan iman yang kita miliki masih belum mampu menjelaskan keraguan yang timbul, sehingga kita harus meluangkan waktu untuk bisa menyendiri sambil meninggalkan semua perkara dunia, sehingga dapat lebih berkonsentrasi untuk merenungi/bertafakkur akan semua keraguan yang ada didalam hati. Usaha tersebut, dilakukan dengan harapan munculnya cahaya penerang hati yang akan membuat keraguan menjadi jelas dan terhindar dari kesesatan terhadap perkara yang menjadi keraguan.
Sebenarnya, keraguan yang muncul tidak lain adalah bisikan syaithon yang berusaha menyesatkan manusia. Namun, kita harus yakin bahwa semua ajaran agama yang murni tidaklah kurang sedikitpun, sebagaimana alam semesta yang telah diciptakan secara teratur pada posisi dan situasi masing-masing, begitu juga ajaran agama telah disempurnakan tanpa harus ditambah atau dikurangi. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewujudkan kasih sayangNya dengan mengarahkan manusia untuk mengikuti tuntunan agama agar berada pada posisi dan situasi yang tepat sehingga manusia bisa selamat dalam menjalani lintasan kehidupannya. Tidak seperti matahari, planet, tata surya dll yang patuh akan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga tetap pada lintasan yang ditetapkan sampai diperintahkan lain, sementara, manusia diberi akal fikiran dan hati untuk menjalani lintasannya sendiri.
Keraguan merupakan salah satu bentuk ujian terhadap hati dan akal fikiran untuk mengetahui sampai dimana keyakinan kita akan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan sudah berapa jauh pengakuan yang tulus akan lemahnya diri kita tanpa bantuanNya. Jika kita berhasil melewati ujian dengan baik, maka akan bertambah nilai keimanan dan derajat kita sebagai manusia. Jadi, jangan mundur menghadapi ujian tapi yakinlah bahwa itu semua kasih saying Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita agar derajat keimanan yang kita miliki terus bertambah. Seseorang tidak akan bisa naik derajatnya tanpa melalui proses evaluasi/ujian atas ilmu dan iman yang dimilikinya. Semakin banyak ilmu yang kita miliki semakin banyak ujian yang harus kita lalui, semakin tinggi iman kita semakin tinggi pula tingkat cobaannya. Yakinlah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala hanya akan memberikan Ujian/Cobaan sesuai kemampuan kita dan tidak akan lebih dari itu sehingga bersabarlah sambil berusaha mencari jalan terbaik dan berdo’a/memohon bantuan serta bimbingan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ref :
Ali  Imron     : 191
Al   Baqoroh : 32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar