Coba kita lihat ke bawah, di lapisan
tanah paling atas tempat kita berpijak, terpikirkah oleh kita disitu ada
kehidupan yang tak tampak oleh indera mata atau terdengar oleh indera
pendengaran kita?, bisa saja berupa mikrooragnisme yang belum tentu mampu
dijelaskan dengan ilmu yang kita miliki walaupun hanya untuk mengklasifikasi
jenisnya, apalagi jika untuk mendeskripsikan pola kehidupan mereka.
Coba kita lihat ke atas kepala kita,
sadarkah kita disitu ada udara?, apakah kita tahu komposisi udara yang sekarang
ada di atas kepala kita? bagaimana ion-ion udara bergerak bebas tanpa
terdeteksi oleh insting sekalipun. Bagaimana yang jauh dari atas kepala kita,
apakah kita sanggup memastikan jumlah benda yang ada di angkasa luar yang tanpa
kita sadari/fikirkan bagaimana mereka bergerak, terdiri dari apakah mereka, apa
yang terjadi di permukaan maupun di dalam benda tersebut, ternyata kita tidak
akan mampu menghimpun seluruh alam semesta ini walaupun sekedar mempelajarinya
saja.
Ribuan tahun manusia berusaha
menguak fenomena yang terjadi di alam ini, namun hanya sebagian kecil saja yang
bisa terungkap sebatas kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Inilah
bukti bahwa akal manusia tidaklah mampu untuk menggapai semua yang
diinginkannya, sehingga sangatlah tidak layak jika seorang manusia membandingkan
ilmunya dengan Ilmu AllahSubhanahu Wa Ta’ala, karena Dia tidak hanya
menciptakan namun juga mengatur seluruh alam semesta ini, sementara manusia
hanya sanggup belajar dan berteori sesuai kemampuan akalnya saja.
Dengan berbagai macam disiplin ilmu,
manusia berusaha mencari jawaban dari semua fenomena alam yang terjadi. Tidak
hanya sebatas zat penyusun materinya saja, tapi termasuk interaksi/keterkaitan
antara satu materi dengan materi lainnya, baik yang sejenis maupun berlainan
jenis, sehingga semakin banyak cabang ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu saja,
manusia juga berusaha menguak aktifitas yang terjadi di dalam suatu materi,
dari pertanyaan bagaimana materi itu bisa muncul sampai bagaimana materi itu
akan hilang. Butuh waktu yang panjang untuk menguak itu semua, bahkan seorang
manusia bisa menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari jawaban atas satu
fenomena saja.
Sekali lagi, seorang manusia harus
menyadari bahwa akal fikirannya tidak akan mampu menjelaskan seluruh fenomena
alam. Hanya Zat Yang Maha Agung yang dapat mengkondisikan alam semesta ini
hingga semuanya dapat berjalan dalam mekanisme aturan yang sempurna. Begitulah, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala secara tidak langsung memberitahukan kepada kita,
bahwa masih ada alam lain yang tidak bisa dijangkau oleh akal fikiran manusia,
sebagai isyarat agar manusia bisa memahami/menerima semua aturan yang
diperuntukkan kepada manusia, walaupun terkadang tidak bisa dijelaskan oleh
akal fikiran.
Kita harus bersyukur dengan apa yang
sudah diberitakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita lewat
ajaran agama, sehingga kita tidak usah menghabiskan seluruh hidup kita hanya
untuk menguak fenomena alam semesta ini. Walaupun, sebagian manusia bertekad
untuk berusaha membuktikan kebenaran dari sebagian berita yang diturunkan.
Semoga usaha tersebut bisa menambah keyakinannya akan keagungan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, namun mereka juga harus berhati-hati mengambil kesimpulan atas
usaha pembuktian mereka sebab terkadang secara tidak sadar syaithon bisa
menyisipkan hal-hal negatif, sehingga bisa menyesatkan si pencari kebenaran
dan/atau orang lain yang mempercayai hasil pembuktian tersebut.
Saat kita mulai melangkah, terkadang
muncul bermacam keraguan dalam hati terhadap keyakinan akan agama yang kita
peluk. Hal ini disebabkan karena ilmu dan iman yang kita miliki masih belum
mampu menjelaskan keraguan yang timbul, sehingga kita harus meluangkan waktu
untuk bisa menyendiri sambil meninggalkan semua perkara dunia, sehingga dapat
lebih berkonsentrasi untuk merenungi/bertafakkur akan semua keraguan yang ada
didalam hati. Usaha tersebut, dilakukan dengan harapan munculnya cahaya
penerang hati yang akan membuat keraguan menjadi jelas dan terhindar dari
kesesatan terhadap perkara yang menjadi keraguan.
Sebenarnya, keraguan yang muncul
tidak lain adalah bisikan syaithon yang berusaha menyesatkan manusia. Namun,
kita harus yakin bahwa semua ajaran agama yang murni tidaklah kurang
sedikitpun, sebagaimana alam semesta yang telah diciptakan secara teratur pada
posisi dan situasi masing-masing, begitu juga ajaran agama telah disempurnakan
tanpa harus ditambah atau dikurangi. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewujudkan kasih sayangNya dengan
mengarahkan manusia untuk mengikuti tuntunan agama agar berada pada posisi dan
situasi yang tepat sehingga manusia bisa selamat dalam menjalani lintasan
kehidupannya. Tidak seperti matahari, planet, tata surya dll yang patuh akan
perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga tetap pada
lintasan yang ditetapkan sampai diperintahkan lain, sementara, manusia diberi
akal fikiran dan hati untuk menjalani lintasannya sendiri.
Keraguan merupakan salah satu bentuk ujian terhadap
hati dan akal fikiran untuk mengetahui sampai dimana keyakinan kita akan
kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan sudah berapa jauh pengakuan
yang tulus akan lemahnya diri kita tanpa bantuanNya. Jika kita berhasil
melewati ujian dengan baik, maka akan bertambah nilai keimanan dan derajat kita
sebagai manusia. Jadi, jangan mundur
menghadapi ujian tapi yakinlah bahwa itu semua kasih saying Allah Subhanahu
Wa Ta’ala kepada kita agar derajat keimanan yang kita miliki terus
bertambah. Seseorang tidak akan bisa naik derajatnya tanpa melalui proses
evaluasi/ujian atas ilmu dan iman yang dimilikinya. Semakin banyak ilmu yang
kita miliki semakin banyak ujian yang harus kita lalui, semakin tinggi iman
kita semakin tinggi pula tingkat cobaannya. Yakinlah, Allah Subhanahu
Wa Ta’ala hanya akan memberikan Ujian/Cobaan sesuai kemampuan kita dan
tidak akan lebih dari itu sehingga bersabarlah sambil berusaha mencari jalan
terbaik dan berdo’a/memohon bantuan serta bimbingan dari Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Ref :
Ali Imron : 191
Al Baqoroh : 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar