NOTE 3 : MEMULAI PERUBAHAN

Setelah tersadar, tiba saatnya kita bangun dan berangkat untuk menggali kekuatan yang ada dalam diri kita dan mencoba memulai sesuatu yang selama ini nyaris terlupakan. Sebelum itu, marilah kita bersyukur atas karunia dan nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga seakan-akan kita telah dibangunkan dari tidur yang panjang lalu kemudian kita tersadar bahwa betapa banyak kebaikan dalam kehidupan ini yang disia-siakan selama kita tertidur.
Selayaknya, kita memulai untuk segera berusaha mengoreksi semua hal yang akan kita ucapkan atau lakukan, apakah itu benar ataukah salah. Kita berharap agar kesalahan yang telah lewat bisa memberikan tanda atau keterangan bahwa ini jangan dilakukan lagi atau bahkan tidak boleh didekati lagi. Sehingga, muncul rasa takut, keburukan akan menggiring kita untuk kembali tertidur dan kita tidak tahu apakah kita masih punya kesempatan untuk bisa bangun lagi.
Tidak semudah diucapkan/dituliskan, dalam prosesnya perbaikan diri memiliki banyak kemungkinan untuk kembali tergelincir atau bahkan terjerumus ke dalam keburukan. Jika hal itu terjadi, maka kita harus berusaha untuk bangkit dan bangkit lagi, sehingga akhirnya kita bisa memantapkan diri dan terus berharap agar tidak tergelincir lagi. Kita harus sadar bahwa dalam proses suatu perubahan, akan banyak menemui rintangan dan halangan maka, niatkanlah dalam hati untuk tetap terus melangkah.
Melihat sebuah balon yang tadinya besar dalam waktu beberapa hari akan menjadi kecil dengan sendirinya atau seperti udara yang mengisi roda kendaraan akan berkurang dengan sendirinya atau ibarat beras yang kita masak menjadi nasi, itulah beberapa perumpamaan sebuah proses perubahan. Sebuah perubahan akan terasa nyaman kalau terjadi sesuai proses alaminya tanpa ada paksaan, balon akan pecah bila dipaksa mengecil, begitu juga roda kendaraan akan mengeluarkan bunyi yang kuat bila tekanan anginnya dipaksa berkurang, beras akan menjadi arang jika dipaksa menjadi nasi.
Mulailah dengan hal yang mudah atau kita anggap mudah untuk dilakukan, satu persatu, sedikit demi sedikit. Tinggalkan hal yang buruk semampu kita, jika belum bisa, coba menjauhi hal yang bisa membawa kita ke arah keburukan tersebut, dan jika terasa berat untuk meninggalkannya maka, mohonlah bantuan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dalam hal mengerjakan kebaikan, mulailah dengan perkara yang kita anggap mudah untuk kita lakukan, jika belum bisa maka berdoa dan niatkanlah dalam hati untuk melakukannya pada kesempatan lain.
Mungkin lebih mudah jika kita mulai dari anggota tubuh kita dengan menjauhkan anggota tubuh kita dari peluang/kesempatan untuk berbuat hal yang buruk dan berusaha untuk mengalihkannya ke perkara yang lebih bermanfaat. Berusahalah untuk memenangkan hati nurani saat berhadapan dengan keinginan buruk syahwat. Salah satu tanda keinginan itu datangnya dari syahwat adalah jika perkara itu seakan-akan baik/nyaman/enak/sedap/bagus atau yang sejenisnya, namun pada akhirnya/ujungnya akan berakibat buruk. Berilah kesempatan masing-masing anggota tubuh kita untuk berbuat baik, terutama panca indera yang berfungsi sebagai alat untuk merespon aktifitas disekitar kita. Jadikanlah mata dan telinga kita dibantu tangan dan kaki sebagai alat untuk menuntut ilmu agar akal fikiran kita bisa memiliki banyak referensi dalam membedakan mana perkara yang baik dan mana perkara yang buruk.
Meninggalkan suatu hal yang kita anggap sepele, baik itu mengenai perkara yang buruk maupun yang baik, sepertinya mudah jika hanya sekali-kali saja namun akan menjadi berat jika berusaha untuk melanggengkannya. Perkara buruk yang dianggap kecil akan membawa kita ke perkara buruk yang lebih besar. Perkara yang baik walaupun kecil tapi dilakukan terus menerus tanpa terputus akan memiliki nilai yang tinggi dan membawa kita kepada kebaikan yang lebih besar.
Mengingat keterbatasan ilmu yang kita miliki, terkadang kita tidak sadar melakukan suatu pekerjaan yang terlihat biasa saja ternyata membuat suasana hati kita bergejolak sehingga mengajak kita mengerjakan suatu pekerjaaan yang lebih besar. Oleh karena itu, kita berusaha meninggalkan/menjauhi perkara yang kita anggap biasa namun ternyata perkara tersebut cenderung membawa kita menuju hal-hal yang buruk.
Setiap dosa akan membuat satu noda hitam di hati. Kita tidak tahu berapa banyak noda-noda hitam yang ada di hati kita, karena terkadang kita tidak sadar sudah menambahkannya. Jika terus dibiarkan maka, hati kita akan bertambah hitam sampai akhirnya hati menjadi gelap dan susah ditembus oleh cahaya kebenaran. Berusahalah untuk membersihkan noda hitam di hati kita dengan cara memperbanyak ucapan dan perbuatan yang baik. Semakin banyak noda hitam di hati kita maka, semakin banyak ucapan dan perbuatan baik yang harus kita lakukan untuk menghapusnya.
Jika, hati yang tidak dikelola dengan baik maka, akan menimbulkan berbagai macam penyakit yang menjadi titik awal dari hampir semua keburukan, seperti: sombong, dengki, cinta dunia dan lain sebagainya. Jika, penyakit hati tersebut tidak diusahakan kesembuhannya atau bahkan dibiarkan berkembang tanpa kendali akan mengakibatkan kerugian baik bagi lingkungan sekitar maupun bagi diri kita sendiri. Terkadang, kita tidak sadar memiliki penyakit hati karena kita tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang penyakit tersebut sehingga tanpa kita sadari penyakit tersebut berkembang menjadi penyakit kronis yang susah diobati.
Dari uraian di atas, sudah sepatutnya kita harus mendahulukan perbaikan hati saat memulai memperbaiki diri, karena hati yang menentukan baik atau buruknya suatu ucapan atau perbuatan seseorang. Hati yang baik tidak akan menghasilkan ucapan atau perbuatan yang buruk, begitu juga sebaliknya hati yang buruk tidak akan menghasilkan perbuatan yang baik kecuali hanya penampilannya saja.

Ref :
At  Taghobun      : 11
Ali Imron             : 145
ALl Bqqoroh        : 212

Tidak ada komentar:

Posting Komentar