Sering sekali kita mendengar perdebatan
antara dua manusia tentang perkara dalam ajaran agama, mereka saling
beragumentasi atas kebenaran dari paham/pendapat masing-masing, terkadang kita
sebagai masyarakat awam bingung memilih mana yang benar diantara pendapat/faham
mereka dan seringkali perdebatan itu berujung dengan tidak berhasilnya mereka
memperoleh satu kepastian atas perkara yang diperdebatkan, masing-masing
kembali dengan membawa pendapat/fahamnya sendiri. Semuanya merasa kebenaran ada
di pihaknya dengan dalil dan bukti yang mereka yakini lebih baik dari yang
dimiliki oleh lawan debatnya.
Apa gerangan yang membuat itu semua
terjadi? Mungkin saja karena ketiadaan figur bagi seluruh manusia yang
disepakati bersama dalam keabsahannya untuk memutuskan mana yang benar dan mana
yang kurang benar atau mungkin saja salah, sehingga ketiadaan figur itulah yang
membuat banyak kebingungan tentang perkara agama yang diperdebatkan dan hal ini
akan terus berlangsung dan bertambah besar dengan bertambah banyaknya manusia
yang mengikuti masing-masing pendapat/faham. Kemudian dari masing-masing
kelompok yang terbentuk, secara internal terjadi perbedaan faham/pendapat pula
sehingga terbentuk lagi kelompok baru dan terus begitu selagi akal fikiran
manusia berkembang seiring perkembangan zaman. Figur yang dimaksud adalah Rasul
Allah selaku pembawa ajaran agama, dengan keberadaan beliau tidak akan terjadi
perselisihan dalam agama ini karena perbedaan pendapat/faham akan diputuskan
langsung oleh beliau.
Bagaimana kita tidak sedih saat
melihat umat manusia terbagi dalam berbagai kelompok yang semua merasa benar
tentang pendapat/fahamnya, dengan kondisi demikian teringatlah kita akan
Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
kita merindukannya untuk menyatukan kembali umat ini ke dalam satu pemahaman
saja, namun itu tidak akan mungkin terjadi karena semua perbedaan yang
merupakan suratan takdir yang harus dilalui oleh manusia yang hidup setelah beliau
wafat. Hanya saja kita menjadi bingung harus berada pada posisi yang mana? atau
mengikuti pendapat/faham yang mana? agar kita bisa berada di jalan yang benar
sesuai tuntunan yang diajarkan oleh beliau Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Kita seperti berada di sebuah
terminal, banyak sekali mobil dengan jurusan yang sama namun memiliki fasilitas
dan rute berbeda, semuanya mempromosikan kendaraan atau rute merekalah yang
paling baik. Kita tidak akan pernah tahu kendaraan mana yang terbaik jika kita
tidak mengenal masing-masing fasilitas yang dimiliki kendaraan dan rute yang
akan dilaluinya, sementara kita tidak punya banyak waktu untuk mencobanya satu
persatu, sehingga kita harus berani mengambil keputusan dan harus menaiki salah
satu kendaraan, walaupun kita tidak bisa menjamin akan kebenaran pilihan kita.
Sejak dulu, Rasul diturunkan kepada
suatu kaum agar mereka kembali ke ajaran agama yang benar. Namun, seiring waktu
manusia kembali terjerumus oleh tipu daya musuh besarnya yaitu syaithon
sehingga kemudian datanglah Rasul yang berikutnya untuk mengajak mereka kembali
ke jalan yang benar, kemudian mereka tersesat lagi, kemudian didatangkan
kembali Rasul, dan begitulah seterusnya. Sampai akhirnya, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam datang
sebagai penutup para Rasul yang berarti tidak ada lagi Rasul setelah wafatnya
Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Sementara, musuh besar kita terus berupaya menyesatkan kita dengan membisikkan
sesuatu ajakan atau saran yang mungkin saja sebagian dari kita menganggap
bisikan tersebut adalah benar, karena sesuai dengan ilmu pengetahuan dan akal
fikiran yang dimilikinya.
Seiring perjalan waktu, kualitas
manusia dalam mengamalkan ajaran agama akan semakin menurun walaupun secara
kuantitas pengikutnya bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena bisikan
syaithon semakin merajalela seiring bertambahnya manusia yang menjadi
pengikutnya. Dengan demikian, kita akan semakin bingung dalam menentukan
pilihan disebabkan tidak adanya kepastian atau jaminan kebenaran dari suatu
faham/pendapat dalam ajaran agama ini. Dan kita juga bertambah bingung
mengingat sebagian perkara agama tidak bisa dijelaskan oleh kekuatan akal
fikiran manusia namun hanya bisa difahami/mengerti dengan kekuatan iman,
sementara kekuatan iman akan menurun seiring kualitas ajaran agama menurun.
Alhamdulillah,
pokok ajaran agama ini sudah dijamin keaslian dan kesempurnaannnya oleh Sang
Maha Pencipta sehingga kita masih memiliki kesempatan untuk menentukan pilihan
yang benar, meskipun masih banyak juga perbedaan yang terjadi dalam memahami
sebagian perkara di dalam pokok ajaran tersebut, tapi setidaknya kita masih
dalam satu arah dan tujuan yang sama. Kita masih punya harapan untuk memilih
jalan yang terbaik dengan cara mempelajari secara mendalam mengenai
perkara-perkara yang diatur dalam pokok ajaran agama sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan kita. Walaupun, waktu yang kita miliki tidak akan
mencukupi untuk memahami semua yang tertulis dan tersirat didalam pokok ajaran
tersebut, namun usaha yang kita lakukan sudah memiliki nilai lebih daripada
kita terus berada dalam kebingungan dan/atau hanya mengekor seseorang atau
suatu ajaran yang kita tidak mengerti akan kebenarannya.
Ref
:
Al maidah : 3
An Nisa : 59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar