Memang membingungkan, saat kita
sadar sudah menjadi manusia yang terlahir dengan penuh kelemahan. Namun, dengan
segala kelemahan tersebut, manusia dituntut untuk menjadikan kelemahannya
sebagai alat untuk menunjukkan semangat juang mencapai manusia sempurna. Di
lain sisi, manusia di iming-imingi dengan berbagai kesenangan kehidupan dunia
yang menjadi jembatan terbaik bagi musuh besarnya (syaithon) untuk
menjerumuskannya ke dalam kenistaan.
Bahkan, manusia terkadang secara
tidak sadar sudah terjebak dalam suatu lingkaran kehidupan yang ternyata ketika
tersadar saat hidayah menghampirinya, dia sudah jauh melangkah dan sulit untuk
kembali ke jalan yang seharusnya dia tempuh. Lingkaran yang sudah terbentuk
terasa sulit untuk diputus, sehingga dia akan tetap berada disana sampai waktu
yang tidak terbatas. Kejahiliahannya akan hakikat kehidupan membuatnya tak
mampu membedakan mana petunjuk dan mana tipuan, sehingga kebingungan dan
kegelisahan terus mengikuti setiap langkahnya. Akhirnya, dia menjalani hidup
dengan keadaan melawan hati nuraninya sendiri. Dia akan terus gelisah, bertanya
dan belajar bagaimana sebaiknya mengatasi kebingungan di kepalanya. Sementara,
dihadapannya terpapar banyak sekali pilihan yang tentu saja membutuhkan ilmu
pengetahuan yang cukup untuk memilih yang terbaik. Yang dilakukannya tidak lain
adalah mencoba dan mencoba lagi sampai dia menemukan jalan terbaik, sementara
waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan.
Ada suatu harapan, semua ini pasti
akan berakhir, kita tidak tahu kapan itu terjadi, sehingga kita terbebas dari
semua kebingungan ini. Akhir yang baik bagi semua permasalahan yang dihadapi,
bagi perjuangan menuju manusia yang baik, bagi mahkluk lainnya, bahkan bagi
alam sekitarnya. Selangkah demi selangkah, melepas semua kejahiliahan yang
telah menjerumuskan dirinya, menuju suatu keyakinan yang menentramkan hatinya.
Perlahan namun pasti melepas satu persatu perhiasan yang melekat pada dirinya
dan menggantinya dengan perhiasan sejati yang telah dijanjikan Penciptanya.
Dua kutub yang berbeda, saling tarik
menarik untuk menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yaitu kutub
'kelemahan manusia' dan kutub 'kehidupan dunia', sementara syetan dengan tipu
muslihatnya menjadi jembatan yang mempertemukan dua kutub tersebut. Akhirnya,
manusia terbuai, terlena dan lupa dengan tujuan hidup sebenarnya, sehingga
waktu, energi, kemampuan dan daya upaya hanya terfokus untuk tujuan dunia,
bahkan amalan akhiratnya pun digunakan untuk melancarkan urusan dunianya.
Saat manusia sudah merasa jenuh akan
suatu bagian yang menjadi rutinitas kehidupannya, dia akan mencoba
menghilangkan rasa jenuhnya dengan berbagai macam cara. Namun, jika semua cara
yang ditempuhnya tidak mampu mengatasi perasaan yang kian menyesakkan dada,
maka dia akan berusaha untuk mencari jalan keluar dari lingkaran rutinitas
tersebut.
Coba kita renungkan, bukankah rasa
jenuh itu muncul disebabkan tidak adanya peluang lain yang memberikan motivasi
atau tantangan baru yang dapat membuka suatu harapan yang berbeda dari
rutinitas sebelumnya. Jika, kita hanya berusaha untuk keluar tanpa adanya
tempat baru yang menjanjikan suasana berbeda dari sebelumnya, itu berarti
memindahkan kejenuhan menuju kepada kejenuhan lainnya.
Coba kita ingat-ingat, kenapa ada
istilah hijrah? Hijrah berarti pindah dari suatu tempat yang buruk dan
membahayakan menuju tempat yang menjanjikan kemananan dan perkembangan lebih
pesat. Sehingga, kita harus jeli dalam hal mengambil keputusan untuk hijrah,
kapan? kemana?dan bagaimana?
Kapan, berarti kita harus yakin
bahwa tempat kita sekarang memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibenahi
meskipun berbagai upaya sudah dilakukan, namun tidak ada hasilnya, bahkan usaha
tersebut menjadikan suasana lebih buruk dari sebelumnya.Dan ketika, suasananya
sudah mengancam kehidupan kita, maka itulah saatnya hijrah.
Kemana,
berarti kita harus menyiapkan suatu tempat yang sesuai dengan apa yang kita
harapkan, baik sarana maupun prasarana serta lingkungan yang mendukung untuk
berkembangnya tingkat kehidupan.
Ref
:
An Nashr : 1
Ad Dhuha : 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar