Seiring perjalanan waktu, manusia
senantiasa berupaya agar kehidupannya menjadi lebih baik. Kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi dan sosial semakin hari semakin pesat, jarak
tidak lagi menjadi masalah, informasi yang diperlukan bisa diperoleh dimanapun
kita berada. Manusia sudah bisa terhubung dengan dunia luar tanpa harus keluar
dari kamarnya. Sungguh luar biasa, yang mungkin tidak pernah terfikirkan oleh
manusia yang hidup seratus atau dua ratus tahun yang lalu.
Kita tidak perlu harus datang ke
masjid untuk mendengarkan ceramah, kita juga tidak perlu mencari guru agama
untuk menjelaskan arti suatu ayat atau hadits, kita tidak harus mendatangi
ustadz untuk bertanya tentang hukum-hukum islam. Kita sudah bisa mendapatkannya
tanpa harus bersusah payah berjalan atau meluangkan waktu khusus untuk
memperoleh informasi yang kita inginkan. Beribadahpun sudah tidak menjadi suatu
yang berat lagi, kita tidak perlu jauh-jauh untuk sholat berjamaah dengan
banyaknya jumlah masjid dan musholla. Kita juga tidak harus mencari berkeliling
untuk berinfaq, bersodakoh atau zakat, sebab banyak tempat atau lembaga yang
siap menerimanya. Kita juga tidak harus repot jika ingin ke tanah suci sebab
banyak lembaga yang siap memfasilitasinya, kecuali haji yang tentunya harus
menunggu antrian karena banyaknya yang mendaftar.
Semua itu, adalah kemudahan yang
diberikan oleh Sang Pencipta kepada ummat akhir zaman ini, tapi tidak semua
kemudahan ini lantas menjadikan kita terlena dengan hikmah yang terkandung
sebelum adanya kemudahan tersebut. Kemudahan ini bisa menjadi cobaan yang berat
bagi manusia yang mau berfikir, yang sadar bahwa dibalik semua kemudahan ini
ada sebagian hikmah yang tertinggal. Kita juga seharusnya sadar bahwa kadar
agama dalam hati manusia perlahan-lahan akan berkurang, mungkin saja disebabkan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan berfikir manusia dalam usahanya
mempermudah dan menikmati kehidupan. Waktu, kesempatan dan kesehatan sebagian
besar terkuras habis untuk mengejar atau memanfaatkan kemudahan tersebut, tanpa
memikirkan dampak negatifnya yang terkadang secara tidak sadar sudah
menggerogoti sisa kehidupannya di dunia.
Salah satu contoh, sekarang kita
sudah difasilitasi melalui media televisi untuk mendengarkan dan melihat para
ustadz memberikan nasehat atau ceramahnya, mungkin kemudahan ini di salah satu
sisi adalah bentuk kemajuan dalam usaha menyebarluaskan ajaran agama ini, tapi
ketika kita sudah mencukupkan diri dengan cara ini saja dalam memahami agama
tanpa memerima langsung dari para asatizd, maka kita sudah meninggalkan sisi
silaturahmi, sisi interaktiv langsung dan adab dengan para ulama, terkadang
dari sisi adab dalam menerima pelajaran agama, sisi berkumpul dalam satu
majelis yang diberkahi, sisi melangkahkan kaki ke majelis ilmu, sisi keberkatan
ilmu yang diterima, sisi pemahaman yang benar dari apa yang disampaikan, dan
lain-lain.
Sebagai
bahan renungan saja, beberapa contoh yang akan mengakibatkan berkurangnya
sebagian hikmah dari agama ini akibat kemajuan yang telah kita capai dalam
kehidupan dunia ini, seperti: Bagaimana seandainya dana pembangunan musholla,
masjid2 kecil yang terkadang berdekatan jaraknya satu sama lain dikumpulkan
lalu dijadikan satu masjid besar? Bagaimana jika suatu daerah warganya sepakat
untuk membentuk satu lembaga saja seperti baitul mal, tidak terpisah dengan
nama dan wadah yang berbeda2? Bagaimana jika masjid dan mushola lebih
mementingkan untuk mengadakan ceramah rutin dengan ustadz yang berkompeten
daripada harus bersemangat berfikir tentang arsitekturnya? Bagaimana mungkin
para orang tua bersemangat meminta anaknya untuk belajar Alqur’an atau datang
ke masjid sementara orang tua tidak memberikan contohnya? Mungkin masih banyak
lagi contohnya, namun ini hanya sebagian saja, tentunya ini tidak lain adalah
suatu pertanda bahwa sisi hikmah dalam beragama mulai tersisihkan. Hal ini
terjadi disebabkan banyaknya kepentingan dunia yang harus diakomodir sehingga
agama dipermudah untuk memberi waktu lebih banyak dalam mengurusi kehidupan
dunia. Wallahu a’lam.
Ref:
Al Rahman : 33
At Baqoroh : 269
At Baqoroh : 269
Tidak ada komentar:
Posting Komentar