NOTE 19 : SEPASANG MANUSIA

Tiga sosok wanita yang layak menjadi teladan bagi seorang muslimah, dua diantaranya disebutkan di dalam Al Qur’an. Pertama, Maryam, seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga tak seorang lelakipun yang pernah menyentuhnya, yang taat beribadah, yang sabar ketika dianugerahi anak tanpa proses pernikahan sehingga dimuliakan untuk menjadi salah satu tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta . Inilah yang patut dicontoh oleh para wanita yang belum menemukan jodohnya, wanita yang menjaga kesucian dirinya sampai waktunya tiba, baik itu pernikahan maupun kematian.
Kedua, Aisyah, isteri Fir’aun, seorang wanita yang ditakdirkan menjadi isteri seorang durhaka dan zholim sebelum lahirnya nabi Musa ‘alaihissalam, lalu tetap teguh dengan keyakinannya setelah datangnya kebenaran. Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang sudah terlanjur bersuami dengan orang yang buruk, baik agama atau perangainya.
Ketiga, Siti Khodijah, seorang wanita yang dikaruniai manusia terpilih, yang berjuang sebelum dan sesudah datangnya kenabian dengan jiwa dan hartanya, yang memberi semangat saat suaminya ragu untuk segera bangkit dan membenarkan ajaran yang dibawanya. Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang diberi karunia seorang suami yang berjuang untuk tetap tegak dan menegakkan agamanya.
Tidak dipungkiri bahwa kesuksesan seorang suami akan sangat tergantung dengan kepiawaian sang isteri dalam memposisikan dirinya sebagai isteri dan ibu serta pengatur rumah tangga suaminya. Namun, tidak dipungkiri juga bahwa kehancuran seorang suami atau bahkan sebuah keluarga sangat tergantung oleh keterlibatan isteri dalam memposisikan dirinya.
Dunia, yang mampu membuat manusia berubah sifat dan karakternya, sehingga terkadang konplik yang terjadi dalam keluarga seringkali dimulai karena kuatnya pengaruh dunia dalam diri seorang manusia. Sehingga, baik isteri maupun suami akan diuji dengan kesenangan dunia ini. Isteri diuji dengan keinginan yang muncul dalam dirinya untuk mencicipi kesenangan dunia sehingga harus melibatkan suaminya dalam menggapai apa yang diinginkannya. Suami diuji dengan pengaruh yang diberikan oleh isteri dan anaknya untuk mengikuti keinginan mereka yang terkadang secara tidak sadar harus keluar dari koridor ajaran agama.
Ini merupakan pelajaran bagi kita, baik bagi para isteri maupun para suami, bahwa pernikahan memliki nilai ibadah yang tinggi dalam bentuk kesabaran luar biasa agar mampu menjalani setiap cobaan yang datang dengan ilmu dan hati nurani, semakin kuat cobaan yang datang akan semakin kuat tingkat kesabaran yang diperlukan dan semakin tinggi nilai ibadahnya. Isteri bersabar terhadap keinginannya terhadap kesenangan dunia, sementara suami bersabar menghadapi pengaruh isteri dan anaknya dan berupaya menjaga mereka agar tidak keluar dari koridor ajaran agama.

Ref:
Al Taghobun  : 14
At Ahzab        : 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar