Tiga sosok wanita yang layak menjadi
teladan bagi seorang muslimah, dua diantaranya disebutkan di dalam Al Qur’an.
Pertama, Maryam, seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga tak
seorang lelakipun yang pernah menyentuhnya, yang taat beribadah, yang sabar
ketika dianugerahi anak tanpa proses pernikahan sehingga dimuliakan untuk
menjadi salah satu tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta . Inilah yang patut
dicontoh oleh para wanita yang belum menemukan jodohnya, wanita yang menjaga
kesucian dirinya sampai waktunya tiba, baik itu pernikahan maupun kematian.
Kedua, Aisyah, isteri Fir’aun,
seorang wanita yang ditakdirkan menjadi isteri seorang durhaka dan zholim
sebelum lahirnya nabi Musa ‘alaihissalam, lalu tetap teguh dengan keyakinannya
setelah datangnya kebenaran. Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang
sudah terlanjur bersuami dengan orang yang buruk, baik agama atau perangainya.
Ketiga, Siti Khodijah, seorang
wanita yang dikaruniai manusia terpilih, yang berjuang sebelum dan sesudah
datangnya kenabian dengan jiwa dan hartanya, yang memberi semangat saat
suaminya ragu untuk segera bangkit dan membenarkan ajaran yang dibawanya.
Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang diberi karunia seorang suami
yang berjuang untuk tetap tegak dan menegakkan agamanya.
Tidak dipungkiri bahwa kesuksesan
seorang suami akan sangat tergantung dengan kepiawaian sang isteri dalam
memposisikan dirinya sebagai isteri dan ibu serta pengatur rumah tangga
suaminya. Namun, tidak dipungkiri juga bahwa kehancuran seorang suami atau
bahkan sebuah keluarga sangat tergantung oleh keterlibatan isteri dalam
memposisikan dirinya.
Dunia, yang mampu membuat manusia
berubah sifat dan karakternya, sehingga terkadang konplik yang terjadi dalam
keluarga seringkali dimulai karena kuatnya pengaruh dunia dalam diri seorang
manusia. Sehingga, baik isteri maupun suami akan diuji dengan kesenangan dunia
ini. Isteri diuji dengan keinginan yang muncul dalam dirinya untuk mencicipi
kesenangan dunia sehingga harus melibatkan suaminya dalam menggapai apa yang
diinginkannya. Suami diuji dengan pengaruh yang diberikan oleh isteri dan
anaknya untuk mengikuti keinginan mereka yang terkadang secara tidak sadar
harus keluar dari koridor ajaran agama.
Ini
merupakan pelajaran bagi kita, baik bagi para isteri maupun para suami, bahwa
pernikahan memliki nilai ibadah yang tinggi dalam bentuk kesabaran luar biasa
agar mampu menjalani setiap cobaan yang datang dengan ilmu dan hati nurani,
semakin kuat cobaan yang datang akan semakin kuat tingkat kesabaran yang
diperlukan dan semakin tinggi nilai ibadahnya. Isteri bersabar terhadap
keinginannya terhadap kesenangan dunia, sementara suami bersabar menghadapi
pengaruh isteri dan anaknya dan berupaya menjaga mereka agar tidak keluar dari
koridor ajaran agama.
Ref:
Al Taghobun : 14
At Ahzab : 28
At Ahzab : 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar