Syaithon sudah bertekad, dengan
segala daya upayanya untuk mengajak manusia ke jalan kesesatan, diantara cara
yang paling ampuh untuk melaksanakan tekadnya adalah berusaha membuat manusia
jauh dari Tuhannya dengan cara mengalihkan pandangan, pendengaran, fikiran manusia,
sehingga manusia lupa akan keberadaan Tuhannya. Manusia yang telah jauh dari
Tuhannya, maka terbukalah benteng pertahanannya, sehingga tidak ada yang bisa
menghalau syaithon dari dirinya. Dengan demikian, syaithon dengan mudah mengajak
dan merayu manusia ke dalam larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Syaithon
senantiasa akan terus menunggu saat manusia lalai dan memberikan celah masuk
bagi dirinya. Agama kita yang suci telah mengajarkan manusia agar berlindung
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari gangguan, ajakan,
bisikan, rayuan dan tipu daya syaithon.
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk
yang lemah, sehingga syaithon memanfaatkan hal itu sebagai celah masuk untuk
menyesatkan manusia. Terkadang, manusia terjerumus ke dalam perangkap syaiton melalui
perkara yang tidak terlalu penting bahkan mungkin dianggap sepele. Terkadang
pula perkara maksiat itu hanya dilakukan oleh satu orang saja, namun kemudian
menjadi hal yang dianggap biasa oleh satu daerah atau ras tertentu, sampai
akhirnya hampir seluruh manusia dalam satu negeri melakukan perkara maksiat
tersebut.
Begitu hebat perangkap syaithon,
sehingga penulis mencoba mengibaratkannya dengan lumpur hidup/hisap yang
membawa benda yang jatuh ke dalamnya, terus ke dalam dan bertambah dalam.
Ironisnya lagi, semakin manusia berusaha dengan menggerak-gerakkan badannya
semakin bertambah cepat manusia terhisap ke dalamnya sampai akhirnya manusia
tenggelam dan mati. Begitulah keadaan manusia yang berada dalam perangkap
syaithon, semakin dia berusaha dengan kekuatan dirinya sendiri maka semakin
kuat jerat perangkap syaithon mengikatnya.
Manusia yang sudah terperangkap oleh
satu saja perkara maksiat, jika tidak segera diperbaiki maka, perlahan namun
pasti manusia akan ditarik pula ke dalam perkara maksiat yang lainnya sampai
akhirnya manusia sulit melepaskan semua jerat perangkap yang sudah mengikat
dirinya, hal ini bisa terjadi disebabkan karena satu perkara maksiat akan
mendukung untuk terjadinya perkara maksiat yang lainnya. Seperti halnya,
seorang pecandu narkoba yang identik dengan pergaulan bebas dengan segala macam
jerat kenistaan di sekitarnya bahkan tak jarang untuk memenuhi hasratnya harus
melakukan kejahatan yang tadinya belum tentu mampu dilakukannya saat dirinya
masih normal. Seorang pecandu narkoba yang berusaha sembuh dan bangkit dari
lumpur kenistaan harus menempuh usaha yang berat untuk kembali seperti kondisi
normal kehidupannya.
Sebagian manusia ada yang tahu bahwa
di hadapannnya ada perangkap, namun saat dirinya melangkah untuk melewati perangkap
tersebut, syaithon berupaya mengalihkan perhatiannya sampai hilang
konsentrasinya, sehingga dengan demikian ada kemungkinan manusia tersebut
secara tidak sadar/sengaja tergelincir dan akhirnya masuklah dia ke dalam perangkap.
Dengan demikian, kita harus tetap mengontrol diri kita agar tetap konsentrasi
dengan langkah kita dan selalu mengevaluasi setiap bisikan/fikiran/perasaan
yang datang agar kita tidak mudah dibelokkan atau digelincirkan ke arah perkara
maksiat.
Ketika seorang sudah masuk dalam
perangkap, dia akan berusaha mencari sesuatu yang bisa dijadikan pegangan,
tentunya harus lebih kuat dari daya ikat perangkap. Begitu juga keadaan seorang
yang akan memperbaiki dirinya dari perangkap maksiat, dia harus mencari tempat
berpegang yang kokoh dan menggenggamnya dengan kuat. Setelah yakin bahwa dia
sudah memilih pegangan yang bisa menyelamatkan dirinya maka, perlahan dia
menarik dirinya keluar dari perangkap.
Jadi,
untuk meninggalkan satu perkara maksiat maka, carilah sesuatu hal yang kita
sangat yakin hal tersebut bisa melupakan/menjauhkan kita dari perkara maksiat, seperti:
mencari kegiatan lain atau memindahkan kegiatan ke tempat yang kegiatannya
lebih baik atau dengan cara mengalihkan fikiran ke sesuatu yang lebih berguna
dan bermanfaat. Dan biasanya setelah selamat dari kubangan lumpur, tentunya
badan kita perlu dibersihkan dari semua lumpur yang melekat pada tubuh kita
maka, perkara maksiat yang telah kita lakukan harus kita bersihkan dengan cara
memperbanyak permohonan ampun dan amal kebaikan. Diluar semua usaha yang kita
lakukan, Yakinlah segala sesuatu ada dalam kekuasaan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala maka, kita sebagai hambaNya yang lemah harus senantiasa berdo'a
dengan segala kerendahan hati dan penuh harapan yang mendalam agar terus
menerus mendapatkan bimbingan dan bantuan dariNya.
Ref
:
Az Zukhruf : 36-37
Ali Imron : 135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar