NOTE 23 : HIDUP ADALAH PILIHAN


Entah dari mana kata-kata ini, namun banyak hal yang bisa kita bicarakan. Tulisan ini akan mencoba  memandangnya dari berbagai sisi, namun tidak akan semuanya dibahas karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Jadi, tulisan ini hanya membahas dua pertanyaan saja atas pertanyaan diatas

Pertama, mengapa kita memilih untuk hidup.
Jika yang dibicarakan adalah awal kehidupan, maka pernyataan diatas menjadi salah, karena kita tidak diberikan pilihan untuk hidup atau tidak, tapi kita ditakdirkan untuk hidup di dunia ini. Namun, jika yang dibicarakan adalah proses kehidupan sebelum alam kubur, maka jawabannya akan sangat tergantung dari kapasitas keilmuan dan wawasan berfikir masing-masing individu.

Di level awal, kita hanya memilih bertahan untuk hidup, baik dengan cara makan, bekerja, belajar, berobat dan lain lain, sehingga pada level ini kita akan memiliki satu tujuan yang sama, tidak lain yaitu agar tetap hidup. Di level pertengahan, kita memilih untuk mempertahankan taraf kehidupan yang dijalani dan sudah tidak lagi sekedar hanya untuk bertahan hidup. Kita sudah bisa memilih apa yang akan kita makan, kerjakan, pelajariPada level ini, kita sudah mampu memilih apa yang akan dimakan, dikerjakan, dipelajari, menjaga kesehatan dan lain lain. Di level terakhir, kita memilih untuk memperjuangkan suatu taraf kehidupan tertentu yang kita inginkan. Semakin tinggi taraf kehidupan yang kita pilih, maka semakin berat perjuangan dan pengorbanan yang harus kita lakukan dan yang pasti akan semakin kompleks pilihan-pilihan turunan yang kita akan hadapi.

Namun, pada kenyataannya, setiap manusia akan melewati semua level di atas, bahkan mungkin berulang sepanjang proses kehidupannya. Hal ini merupakan hikmah tersendiri, agar manusia saling bertenggang rasa dengan kehidupan manusia lain disekitarnya. Sehingga, manusia tidak menjadi sombong atas kelebihannya atau berputus asa karena kekurangannya. Mungkin, salah satu tujuan agama ini mewajibkan zakat dan puasa adalah untuk membuat manusia selalu ingat dan bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya.

Masing-masing level memliki cara sendiri untuk mensyukuri kehidupannya.Yang jelas, kita semua harus bersyukur atas kehidupan ini dengan cara menggunakannya sebagai alat untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan keinginan Sang Pemberi Kehidupan.  Artinya, kita hidup untuk bersyukur kepada-Nya, sehingga apapun yang kita pilih, kita akan berusaha untuk memilih sesuai dengan yang dikehendakiNya, bukan karena hawa nafsu atau bisikan Syaiton.

Pilihan untuk hidup bukan hanya jasmani saja, namun rohani juga sangat memerlukannya dan keduanya akan saling mempengaruhi. Ketika kita berencana memilih untuk memiliki sesuatu atau untuk mempertahankan yang telah kita miliki, baik harta, tahta atau wanita atau yang lainnya, maka kita perlu tahu bagaimana cara memilih yang terbaik untuk mencapainya atau memeliharanya.


Kedua, bagaimana cara kita memilih untuk hidup.
Proses kehidupan yang panjang, dinamis dan misterius membuat jawaban dari pertanyaan ini sangat beranekaragam dan berubah-ubah sepanjang kehidupan manusia. Berbagai pendapat tentang bagaimana cara menghadapi permasalahan kehidupan muncul, lalu kita memilih cara yang kita anggap yang terbaik. Dari masalah yang paling ringan sampai yang paling krusial.

Yang perlu diingat, tidak ada seorangpun diatas dunia ini yang bisa memastikan cara terbaik yang menjadi pilihannya pasti akan menjadi yang terbaik baginya. Manusia hanya diminta berusaha semaksimal mungkin menentukan pilihannya, lalu hasilnya hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menentukan. Lalu mengapa manusia hanya diberikan kemampuan memilih tanpa bisa menentukan hasilnya?

Paling tidak ada dua hal yang perlu kita renungkan, pertama, sepintar apapun manusia, dia harus sadar bahwa ilmu pengetahuannya hanya sedikit dibanding Ilmu disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  Sehingga, manusia tidak akan menjadi lupa diri, dan harus sadar bahwa kemampuan akal yang dimilikinya merupakan pemberian dari-Nya.  Kedua, manusia diberi ujian dan pelajaran sampai sejauh mana penghambaan dan rasa syukurnya kepada-Nya.

Sebagai tambahan :
Ujian dan pelajaran juga akan datang ketika keputusannya gagal, apakah dia, dengan kegagalan itu, akan semakin sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba.  Ujian dan pelajaran juga akan datang ketika keputusannya berhasil, apakah dia, dengan keberhasilannya itu, akan bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengizinkan pilihannya. Walaupun, pada kenyataanya, apapun hasil keputusannya, baik kegagalan ataupun keberhasilan,  akan menjadi ujian dan pelajaran berikutnya.

Setiap kali kita ingin memutuskan sesuatu, maka kita akan melakukan analisa dari data-data yang berkaitan dengan apa yang akan kita putuskan. Semakin banyak data yang kita miliki akan semakin akurat keputusan yang akan kita ambil. Namun, satu hal yang perlu diingat, sebagian data bisa saja kurang berfungsi untuk menjadi masukan dalam pengambilan keputusan, karena tingkat prioritas data. Jadi, ada dua hal penting dalam pengambilan keputusan ditinjau dari bahan/data yang akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu kuantitas dan kualitas data.

Uraian diatas, memberi gambaran awal bagaimana kita menjalankan proses pengambilan keputusan, yaitu dengan mengumpulkan data dan memberi prioritas masing masing data. Namun, kita tidak akan membahasnya lebih jauh, karena kita akan lebih fokus dengan metode apa kita akan memilah data yang ada, sehingga data tersebut sesuai dengan arah tujuan pengambilan keputusan.

Metode yang dimaksud adalah ajaran agama, sebagai dasar paling kuat yang dianugerahkan kepada manusia. Metode ini digunakan baik dalam memilih strategi pengumpulan data maupun dalam pemberian nilai untuk tingkat prioritas data yang telah diperoleh. Namun, yang perlu diingat bahwa keberagaman tingkat pemahaman terhadap ajaran agama menjadikan manusia akan berbeda beda dalam pelaksanaannya walaupun dalam satu kasus yang sama.

Terkadang, keputusan yang kita ambil baru ketahuan salahnya ketika sudah berlalu waktu yang panjang atau bahkan mungkin saja tidak sempat kita ketahui. Hal ini, menunjukkan bahwa kita hanya diminta untuk berusaha agar dapat mengambil keputusan yang terbaik, namun hasilnya adalah hak sepenuhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Untuk itulah, manusia perlu untuk terus menerus belajar dan memohon  hidayah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, agar keputusan-keputusan yang diambilnya akan semakin mendekati apa yang diinginkan oleh Penciptanya yang juga sebagai Pemberi ilmu dan hidayah kepadanya. Terkadang, kegagalan atas keputusan yang diambilnya juga akan menjadi pemicu untuk meningkatkan semangatnya mengejar ilmu dan hidayah, bahkan kegagalan itu sendiri menjadi ilmu dan hidayah baginya.

Terakhir, mari kita semua berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dalam mengambil keputusan agar sesuai dengan keinginan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan keinginan hawa nafsu atau bisikan syaithan.

Ref:
Al Maidah  : 44,45 dan 47
Al Kahfi      : 26

Cat :
Mungkin tulisan ini akan sangat berbeda dengan sebelumnya, karena banyak perubahan yang terjadi baik hati maupun akal, sehingga berbengaruh terhadap kualitas tulisan. Ini akan menjadi bahan yang cukup baik untuk mengoreksi diri, sejauh mana kita sudah melangkah dan melakukan perubahan tanpa menulis.


NOTE 22 : SEPAK BOLA

Kehidupan dunia adalah permainan, seperti permainan sepak bola. Untuk eksis di permainan ini, maka kita perlu berjuang agar kita bisa mendapatkan peran dan posisi yang kita inginkan, baik sebagai striker, keeper atau play maker. Kita, jika ingin eksis di dunia ini maka kita perlu usaha agar mendapatkan peran dan posisi yang sesuai dengan keinginan kita.
“HIDUP ADALAH PERJUANGAN”.
Terkadang, posisi kita tidak sesuai dengan yang diinginkan karena ternyata kita lebih dibutuhkan di posisi yang lain dikarenakan kemampuan yang kurang memadai atau tidak adanya kesempatan disebabkan keberadaan orang lain di posisi tersebut atau faktor lainnya. Terkadang pula, kita tidak selalu menyenangi peran yang kita lakoni. Namun, kita tetap harus melakukannya agar bisa tetap eksis dalam permainan tersebut dan terus berharap mendapatkan apa yang kita inginkan, sekalipun kita sadar keinginan kita akan terus meningkat seiring naiknya posisi. Bahkan, terkadang kita mengangankan sesuatu yang nyaris tidak mungkin kita gapai.
“TIDAK SEMUA YANG KITA INGINKAN AKAN KITA DAPATKAN”.
Manusia cenderung menyenangi kehidupan dunia, karena apa yang ditawarkan oleh dunia sungguh menggiurkan, menawarkan kesenangan dan kepuasan terhadap pemiliknya, sehingga manusia berlomba-lomba mengejar dunia, bahkan terkadang tidak lagi mengikuti aturan permainan atau bahkan membuat aturan sendiri yang tentunya merusak alur permainan sebenarnya agar tercapai apa yang diinginkannya. Tetapi, ada juga yang hanya mengikuti alur permainan tanpa harus berusaha keras mendapatkan apa yang diinginkannya, berusaha menghindari persinggungan yang terjadi akibat benturan kepentingan dalam mengejar dunia. Bahkan, ada yang berusaha menghindari kesenangan dunia padahal dia mampu menggapainya karena ketakutan akan riuhnya permainan di dalamnya. Dan, ada juga yang duduk dibangku cadangan, berharap-harap cemas agar dirinya diberi kesempatan untuk terjun ke lapangan permainan.
”KEJARLAH DAKU, KAU KUTANGKAP”
Sekarang, kita semua berada dalam suatu permainan besar, yang didalamnya banyak sekali permainan-permainan kecil. Kita masuk dan keluar, datang dan pergi, dari satu permainan ke permainan lainnya. Masing-masing kita sudah memiliki arus kehidupan sendiri, ada yang mengalir deras menuju lautan, ada yang mengalir menuju sungai besar, ada yang mengalir pelan, bahkan ada yang berputar putar di areal tertentu saja.
”RIAK GELOMBANG KEHIDUPAN”.
Manusia saling berbangga dengan apa yang dimilikinya dari kesenangan dunia. Seorang pemain bola tentu tahu bahwa dia adalah seorang pemain yang memiliki peran dari dan posisi tertentu dalam permainan. Jika dia ingin tetap eksis maka dia harus berusaha meningkatkan kemampuannya, kurangnya kualitas akan akan mengganggu ritme permainan sehingga mengakibatkan peran dan posisinya tidak akan berlangsung lama.
“TINGKATKAN PERFORMA ANDA, AGAR TIDAK TERELIMININASI”
Kualitas individual saja tidak cukup, masih harus ada kemampuan kerja sama dalam satu tim, sehingga perlu komunikasi yang baik antar pemain agar rencana dan strategi yang sudah di sepakati bisa berjalan dengan baik. Kurangnya loyalitas, disiplin dan konsentrasi akan mengganggu rantai dan alur strategi, sehingga kualitas individual yang dimiliki masing-masing pemain tidak akan bisa dioptimalkan. Ketika, strategi sudah tidak berjalan dengan mestinya, baik akibat masalah internal tim sendiri atau karena faktor strategi lawan, maka harus ada motivator yang mampu mengembalikan semangat pemain dan strategi awal atau mungkin strategi alternatif.
”WALAUPUN KESIANGAN, TETAP DISEBUT PAHLAWAN”
Setelah berhasi menjadi seorang pemain bola dalam satu tim hebat dengan posisi yang kita inginkan ataupun tidak kita inginkan, maka kita harus sadar diri dengan kualitas kita karena tidaklah tim akan menjadi besar karena kemampuan pribadi kita tapi kemapuan setiap anggota tim dalam menjalankan strategi tim di posisinya masing-masing. Terkadang, karena kecenderungan manusia terhadap kesenangan dunia berlebihan diiringi rasa percaya diri terhadap kemampuannya yang luar biasa sehingga dirinya merasa lebih mampu atau lebih berperan dari pemain lain serta kedengkian terhadap apa yang dimilki oleh pemain lain menggiring dirinya untuk menjadi musuh dalam selimut yang akan menggerogoti soliditas tim dan memecah belah kekompakan tim.
“DO THE BEST, BIARKAN ORANG YANG MENILAI ANDA BUKAN ANDA SENDIRI”
Namun, dunia juga adalah senda gurau, para pemain bola berupaya mencari trik-trik yang dapat digunakan untuk menipu lawan mainnya baik secara individu maupun secara strategi tim. Trik-trik ini menghipnotis lawan mainnya untuk mengikuti pola yang sudah direncanakannya, membuat bangga yang melakukannya karena berhasil menipu lawan mainnya, membuat kagum penonton yang hanya mampu berangan untuk melakukannya dan membuat terkesima lawan mainnya yang baru saja tersadar bahwa dia sudah tertipu. Sehingga, trik-trik permainan terus berkembang karena usaha para pemainnya dalam menciptakan trik-trik baru, menjadi pembicaraan para penonton dan lawan mainnya.
”TIDAK SEMUA HAL MENYENANGKAN ATAU YANG MEMBUAT SENANG ADALAH BAIK”.
Dibalik semua itu, perjuangan dalam menggapai dan memelihara apa yang sudah kita capai, ada kegelisahan yang terus mengikutinya. Kekhawatiran terhadap keberhasilan dari perjuangannya dan keraguan terhadap kebenaran dari apa yang dilakukannya. Sadarkah kita, bahwa kita sudah berjuang mengejar dunia baik dengan tenaga, waktu, fikiran, keluarga, teman, harta dan lain-lain. Setelah mendapatkannya, kita belum juga berhenti berjuang untuk menjaganya dan mememeliharanya serta menjadikannya lebih baik.
“HARGAILAH KEHIDUPANMU”
Sementara, mau tidak mau, suka tidak suka, sadar tidak sadar, permainan kecil ataupun besar, permainan singkat ataupun lama, kita pasti akan meninggalkannya. Kesenangan sesaat yang kita peroleh tidak akan mencukupi untuk membuat kita nyaman di saat hari senja dan tidak juga saat tenggelam apatah lagi saat malam tiba. Walaupun kenyataanya demikian, kita setiap manusia tidak akan pernah lepas dari fitnah dunia, kita hanya dibedakan oleh kemampuan ilmu dan iman dalam menyikapinya.
“DUNIA AKAN MEMBUAT ANDA KECEWA”
Saat kekecawaan itu datang, sadarlah bahwa itu ulah kita sendiri karena sebenarnya rasa kecewa sudah datang di awal perjuangan namun kita sudah mengambil keputusan untuk memperkuat rasa kecewa itu dengan memperbanyak kenangan indah dalam perjuangan menggapai dunia, memelihara dan menikmati kesenangan dunia. Untaian kenangan indah dan kepuasan pribadi hanyalah upaya untuk menghibur diri dari rasa kecewa yang terpendam. Tinggallah kesedihan yang tidak akan pernah usai mengiringi langkah kaki menuju Sang Pencipta.
“INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN”

Ref:
Ad Dhuha   : 4
Al  A'la       : 17

NOTE 21 : SERBA MUDAH

Hidup di zaman serba mudah dan akan terus semakin dipermudah menjadikan manusia dimanja dengan segala kemudahan di segala segi kehidupannya, termasuk salah satunya adalah kebutuhan akan makanan. Namun, dengan adanya kemudahan tersebut terkadang sudah susah mencari makanan alami yang biasa kita temui di masyarakat pedesaan disebabkan semakin banyak makanan modern yang siap saji. Diluar kenyataan bahwa dunia sudah semakin maju dan manusia memang tidak bisa hidup tanpa makan, ada sedikit pelajaran yang bisa kita ambil dari keberadaan salah satu makanan, sebut saja mie instan, atau mungkin makanan modern lain yang sifatnya instant namun perlu sedikit perlakuan sebelum siap disantap.
Pertama, keanekaragaman jenis dan rasa yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki cita rasa yang berbeda sehingga survey perusahaan yang memproduksi mie instant berusaha memenuhi keinginan dari selera konsumennya, sehingga banyak sekali jenis dan rasa yang ditawarkan. Dari sekian banyak jenis dan rasa tersebut, setiap manusia akan memilih sebagian kecil saja yang menjadi kesukaanya atau bahkan satu jenis atau rasa saja, hanya manusia yang tamak yang ingin menyenangi seluruh jenis dan rasa yang ada. Artinya,secara fitrah manusia hanya mampu menikmati sebagian kecil saja dari kesenangan di dunia ini, namun karena hawa nafsu yang membuat manusia tamak dan penyakit hati yang selalu merasa ingin lebih dari orang lain membuat manusia keluar dari fitrah asalnya.
Kedua, masing-masing produk mie instant menuliskan tata cara memasak yang sudah diuji oleh quality control perusahaan pembuatnya. Namun, terkadang panduan cara memasak tersebut tidak memuaskan konsumen sehingga masih perlu bahan tambahan atau cara memasak yang lain agar sesuai dengan selera. Artinya, mungkin setiap produk dunia ini tidak akan pernah memuaskan si pengguna produk sehingga nyaris tidak ada yang bisa sempurna atau hanya mungkin bisa memberikan kesan sempurna untuk beberapa kali saja, karena kalau terlalu sering maka rasa bosan dan jenuh akan muncul dengan sendirinya.
Ketiga, perusahaan mie instant yang terus berusaha menarik perhatian konsumennya akan berupaya semaksimal mungkin mencari tahu bagaimana agar produknya bisa diterima. Berbagai macam cara ditempuh termasuk design kemasan, ukuran, bahan tambahan dan sebagainya. Artinya, dunia ditawarkan dengan segala macam cara ke hadapan kita baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mau tidak mau kita akan terus mengikuti perkembangan dunia ini sebab kita hidup didalamnya.
Mungkin saja, ketika urusan agama sudah bercampur baur dengan kepentingan dunia, maka agama akan bias disebabkan antara lain oleh ketiga hal di atas. Pertama, kenginan manusia yang berbeda-beda terhadap cita rasa dunia akan membuat cara memahami, menyenangi dan menikmati agamanya dengan selera yang berbeda-beda pula. jika, selera terhadap dunia lebih dominan dibanding agama maka nilai-nilai agama akan semakin terabaikan oleh manisnya dunia. Kedua, agama juga sudah menyediakan panduan yang jelas, namun ketika manusia lebih mendahulukan kepentingan dunianya dari pada panduan agamanya, maka kelezatan cita rasa agama yang asli lambat laun menjadi hambar. Ketiga, jika upaya menggapai dunia lebih besar sehingga mengharuskan upaya mengotak atik agama agar dibuat semenarik mungkin tanpa menghiraukan batasan yang harus dijaga agar tetap pada jalur agama yang benar, maka keindahan agama tidak akan pernah dicapai oleh pelakunya dan perlahan akan membuat jenuh dirinya.
Agama ini tidak akan pernah hilang dan akan terus tegak sampai tiba hari kiamat. Namun, dunia sebagai senjata yang ampuh yang dimanfaatkan oleh musuh besar manusia untuk menjadikan agama ini semakin berkurang nilainya. Semoga kita diberi rahmat dan keutamaan serta ampunan agar kita selamat dari tipu daya syetan yang terkutuk.

Ref:
Al Hasyr    : 9
At Taubah : 71

NOTE 20 : HASRAT HATI

Ketika azan berkumandang, kita dipanggil untuk melakukan sholat. Ketika datang bulan Ramadhon, kita diwajibkan berpuasa. Ketika harta sudah mencapai takarannya, kita diwajibkan berzakat. Ketika kita dianugerahkan kesanggupan untuk berangkat ke tanah suci, kita diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji. Sebagai orang islam, kita tidak dipaksakan atas kewajiban yang dibebankan kepada kita sampai pada waktu dan kadar yang ditentukan sehingga membuat kita wajib melaksanakannya agar tetap menjadi orang islam.
Walaupun, manusia berbeda dalam hal penyambutan terhadap kewajibannya dan proses pelaksanaannya namun persyaratan minimal adalah mengerjakannya ketika sudah tiba waktunya agar tetap menjadi orang islam. Manusia akan meningkat keislamannya seiring meningkatnya proses penyambutan dan pelaksanaan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Semakin baik kualitas penyambutannya berarti rasa senang menerima kewajibannya dan dengan niat yang ikhlas semata mengharap keridhoan Penciptanya. Semakin baik kualitas pelaksanaannya berarti sesuai dengan tuntunan dari Pembawa Risalah/Ajaran agamanya.
Ketika kita ingin sholat, tapi belum masuk waktu sholat. Ketika kita ingin puasa, tapi belum tiba bulan Ramadhan. Ketika kita ingin berzakat, tapi harta yang kita punya belum mencapai takarannya. Ketika kita ingin berhaji, tapi masih menunggu antrian panjang. Maka, hasrat kita ingin sholat diluar waktu sholat wajib difasilitasi dengan banyaknya tata cara sholat selain sholat wajib. Keinginan kita untuk berpuasa difasilitasi dengan banyaknya tata cara puasa diluar puasa ramadhan. Keinginan kita untuk berzakat difasilitasi dengan infaq, shodaqoh dan semacamnya. Keinginan kita untuk berhaji difasilitasi dengan adanya umroh yang bisa kita lakukan tanpa harus melalui antrian yang panjang.
Keinginan kita untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala baik untuk mengisi kekosongan waktu, berkeluh kesah, memohon ampun, bersyukur, dll. sudah disediakan sehingga kita tidak lagi bingung harus bagaimana untuk tetap terus berhubungan dengan-Nya. Bahkan, masih banyak lagi ibadah yang diluar ibadah wajib yang diajarkan kepada kita, lalu apa yang membuat kita lengah dari semua itu?
Mungkin salah satu jawabannya adalah kurangnya ilmu dan pemahaman dalam beragama yang membuat kita tidak tahu harus bagaimana melaksanakan ajaran agama ini, sehingga kita tidak menjadikannya suatu kesenangan tapi menjadikannya suatu beban atau bahkan menganggapnya sebagai penghalang. Atau mungkin karena kita kurang memiliki keyakinan terhadap ajaran agama ini, sehingga kita memiliki anggapan bahwa hal itu tidak perlu diperhatikan.

Ref:
Al Jumuah    : 9
At Baqoroh : 71

NOTE 19 : SEPASANG MANUSIA

Tiga sosok wanita yang layak menjadi teladan bagi seorang muslimah, dua diantaranya disebutkan di dalam Al Qur’an. Pertama, Maryam, seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga tak seorang lelakipun yang pernah menyentuhnya, yang taat beribadah, yang sabar ketika dianugerahi anak tanpa proses pernikahan sehingga dimuliakan untuk menjadi salah satu tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta . Inilah yang patut dicontoh oleh para wanita yang belum menemukan jodohnya, wanita yang menjaga kesucian dirinya sampai waktunya tiba, baik itu pernikahan maupun kematian.
Kedua, Aisyah, isteri Fir’aun, seorang wanita yang ditakdirkan menjadi isteri seorang durhaka dan zholim sebelum lahirnya nabi Musa ‘alaihissalam, lalu tetap teguh dengan keyakinannya setelah datangnya kebenaran. Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang sudah terlanjur bersuami dengan orang yang buruk, baik agama atau perangainya.
Ketiga, Siti Khodijah, seorang wanita yang dikaruniai manusia terpilih, yang berjuang sebelum dan sesudah datangnya kenabian dengan jiwa dan hartanya, yang memberi semangat saat suaminya ragu untuk segera bangkit dan membenarkan ajaran yang dibawanya. Inilah yang patut dicontoh oleh seorang istri yang diberi karunia seorang suami yang berjuang untuk tetap tegak dan menegakkan agamanya.
Tidak dipungkiri bahwa kesuksesan seorang suami akan sangat tergantung dengan kepiawaian sang isteri dalam memposisikan dirinya sebagai isteri dan ibu serta pengatur rumah tangga suaminya. Namun, tidak dipungkiri juga bahwa kehancuran seorang suami atau bahkan sebuah keluarga sangat tergantung oleh keterlibatan isteri dalam memposisikan dirinya.
Dunia, yang mampu membuat manusia berubah sifat dan karakternya, sehingga terkadang konplik yang terjadi dalam keluarga seringkali dimulai karena kuatnya pengaruh dunia dalam diri seorang manusia. Sehingga, baik isteri maupun suami akan diuji dengan kesenangan dunia ini. Isteri diuji dengan keinginan yang muncul dalam dirinya untuk mencicipi kesenangan dunia sehingga harus melibatkan suaminya dalam menggapai apa yang diinginkannya. Suami diuji dengan pengaruh yang diberikan oleh isteri dan anaknya untuk mengikuti keinginan mereka yang terkadang secara tidak sadar harus keluar dari koridor ajaran agama.
Ini merupakan pelajaran bagi kita, baik bagi para isteri maupun para suami, bahwa pernikahan memliki nilai ibadah yang tinggi dalam bentuk kesabaran luar biasa agar mampu menjalani setiap cobaan yang datang dengan ilmu dan hati nurani, semakin kuat cobaan yang datang akan semakin kuat tingkat kesabaran yang diperlukan dan semakin tinggi nilai ibadahnya. Isteri bersabar terhadap keinginannya terhadap kesenangan dunia, sementara suami bersabar menghadapi pengaruh isteri dan anaknya dan berupaya menjaga mereka agar tidak keluar dari koridor ajaran agama.

Ref:
Al Taghobun  : 14
At Ahzab        : 28

NOTE 18 : SIRNANYA HIKMAH

Seiring perjalanan waktu, manusia senantiasa berupaya agar kehidupannya menjadi lebih baik. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan sosial semakin hari semakin pesat, jarak tidak lagi menjadi masalah, informasi yang diperlukan bisa diperoleh dimanapun kita berada. Manusia sudah bisa terhubung dengan dunia luar tanpa harus keluar dari kamarnya. Sungguh luar biasa, yang mungkin tidak pernah terfikirkan oleh manusia yang hidup seratus atau dua ratus tahun yang lalu.
Kita tidak perlu harus datang ke masjid untuk mendengarkan ceramah, kita juga tidak perlu mencari guru agama untuk menjelaskan arti suatu ayat atau hadits, kita tidak harus mendatangi ustadz untuk bertanya tentang hukum-hukum islam. Kita sudah bisa mendapatkannya tanpa harus bersusah payah berjalan atau meluangkan waktu khusus untuk memperoleh informasi yang kita inginkan. Beribadahpun sudah tidak menjadi suatu yang berat lagi, kita tidak perlu jauh-jauh untuk sholat berjamaah dengan banyaknya jumlah masjid dan musholla. Kita juga tidak harus mencari berkeliling untuk berinfaq, bersodakoh atau zakat, sebab banyak tempat atau lembaga yang siap menerimanya. Kita juga tidak harus repot jika ingin ke tanah suci sebab banyak lembaga yang siap memfasilitasinya, kecuali haji yang tentunya harus menunggu antrian karena banyaknya yang mendaftar.
Semua itu, adalah kemudahan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada ummat akhir zaman ini, tapi tidak semua kemudahan ini lantas menjadikan kita terlena dengan hikmah yang terkandung sebelum adanya kemudahan tersebut. Kemudahan ini bisa menjadi cobaan yang berat bagi manusia yang mau berfikir, yang sadar bahwa dibalik semua kemudahan ini ada sebagian hikmah yang tertinggal. Kita juga seharusnya sadar bahwa kadar agama dalam hati manusia perlahan-lahan akan berkurang, mungkin saja disebabkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan berfikir manusia dalam usahanya mempermudah dan menikmati kehidupan. Waktu, kesempatan dan kesehatan sebagian besar terkuras habis untuk mengejar atau memanfaatkan kemudahan tersebut, tanpa memikirkan dampak negatifnya yang terkadang secara tidak sadar sudah menggerogoti sisa kehidupannya di dunia.
Salah satu contoh, sekarang kita sudah difasilitasi melalui media televisi untuk mendengarkan dan melihat para ustadz memberikan nasehat atau ceramahnya, mungkin kemudahan ini di salah satu sisi adalah bentuk kemajuan dalam usaha menyebarluaskan ajaran agama ini, tapi ketika kita sudah mencukupkan diri dengan cara ini saja dalam memahami agama tanpa memerima langsung dari para asatizd, maka kita sudah meninggalkan sisi silaturahmi, sisi interaktiv langsung dan adab dengan para ulama, terkadang dari sisi adab dalam menerima pelajaran agama, sisi berkumpul dalam satu majelis yang diberkahi, sisi melangkahkan kaki ke majelis ilmu, sisi keberkatan ilmu yang diterima, sisi pemahaman yang benar dari apa yang disampaikan, dan lain-lain.
Sebagai bahan renungan saja, beberapa contoh yang akan mengakibatkan berkurangnya sebagian hikmah dari agama ini akibat kemajuan yang telah kita capai dalam kehidupan dunia ini, seperti: Bagaimana seandainya dana pembangunan musholla, masjid2 kecil yang terkadang berdekatan jaraknya satu sama lain dikumpulkan lalu dijadikan satu masjid besar? Bagaimana jika suatu daerah warganya sepakat untuk membentuk satu lembaga saja seperti baitul mal, tidak terpisah dengan nama dan wadah yang berbeda2? Bagaimana jika masjid dan mushola lebih mementingkan untuk mengadakan ceramah rutin dengan ustadz yang berkompeten daripada harus bersemangat berfikir tentang arsitekturnya? Bagaimana mungkin para orang tua bersemangat meminta anaknya untuk belajar Alqur’an atau datang ke masjid sementara orang tua tidak memberikan contohnya? Mungkin masih banyak lagi contohnya, namun ini hanya sebagian saja, tentunya ini tidak lain adalah suatu pertanda bahwa sisi hikmah dalam beragama mulai tersisihkan. Hal ini terjadi disebabkan banyaknya kepentingan dunia yang harus diakomodir sehingga agama dipermudah untuk memberi waktu lebih banyak dalam mengurusi kehidupan dunia. Wallahu a’lam.

Ref:
Al Rahman    : 33
At Baqoroh   : 269

NOTE 17 : CELOTEH HATI

Aku bukanlah manusia yang suci dari dosa, tapi mencoba dan berusaha untuk membersihkan hati dan perbuatan dari noda dan dosa.
Aku bukanlah manusia yang kuat untuk beribadah, tapi berusaha untuk selalu bersyukur atas sedikit kesempatan yang telah diberikan Penciptanya untuk membuat diri lebih baik dan berbuat baik kepada orang lain.
Aku bukanlah manusia yang selalu terhindar dari godaan, tapi akan terus berupaya menghindarinya sebatas ilmu yang dimiliki.
Aku bukanlah manusia yang cukup pintar dalam menjalani hidup, tapi punya keinginan untuk terus belajar untuk menjadi lebih baik dalam memahami arti sebuah kehidupan.
Terkadang aku merasa menjadi manusia yang kurang beruntung dengan perjalanan hidup yang telah kulewati, walaupun aku sadar bahwa semuanya berasal dari kelemahan dan kelalaianku sendiri, tapi aku mencoba menjadikannya sebagai motivasi untuk menutupinya dengan kebaikan yang mampu aku lakukan selama sisa waktu yang masih dikaruniakan kepadaku.
Terkadang aku merasa iri dengan perjalanan hidup orang lain, terkadang merasa sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki semua ini, tapi itu semua kukikis perlahan dengan keyakinan bahwa semua ini sudah diatur oleh Penciptaku, karena setiap manusia berada pada lintasannya masing2 dan Penciptaku memberikan keutamaan kepada siapapun yang dikehendakinya.
Aku juga bukanlah manusia yang punya kekuatan untuk selalu menjaga hati dan perbuatanku, tapi akan terus meminta ampun, berharap dan berdo'a agar diberikan petunjuk dan kekuatan dalam usaha menyelamatkan hati dan perbuatanku.
Aku hanya manusia biasa yang butuh dengan dunia, tapi berusaha untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhirku, karena aku diberitahu bahwa kehidupan berikutnya sangat jauh nilainya dibandingkan kehidupan sekarang.
Aku merasa telah dikaruniakan banyak sekali kesenangan dunia, tapi aku merasa bahwa jiwa dan hatiku nyaris tidak memiliki kekuatan menghadapi dampak negatif yang timbul dari kesenangan dunia.
Aku ingin meninggalkan dunia ini, tapi aku tahu bahwa semua ini adalah kehendak Penciptaku dan hanya Dia yang memutuskannya sehingga aku serahkan urusan ini kepada-Nya, sementara mungkin saja masih banyak manusia lain yang menginginkanku bahkan membutuhkanku agar tetap berada dijalur kehidupanku sekarang.
Terkadang aku ingin marah melihat kondisi di sekitarku, tapi aku tidak kuasa karena aku tidak yakin dengan diriku sendiri dan juga menyadari bahwa tidak semua yang aku inginkan akan aku dapatkan.
Aku tidak mampu menerjemahkan perjalanan hidupku sendiri, bagaimana aku bisa menebak jalan hidup orang lain. Aku juga tidak tahu apa yang tertulis di lauhilmahfuuz tentang diriku, apalagi orang lain.
Aku tidak mengerti proses berfikirku, sehingga aku tidak pernah bisa menebak apa yang akan aku kerjakan sesaat ke depan, apalagi harus menebak apa yang difikirkan orang lain.
Terkadang ingin sekali menjadi orang yang egois tanpa perduli bagaimana orang di sekitarku, tapi hati nurani dan apa yang aku pelajari menentangnya, sehingga perang bathin terus terjadi lalu yang menang silih berganti.
Seringkali aku merasa terlihat bodoh, atau memang sudah bertindak bodoh lalu sadar bahwa ternyata aku memang bodoh untuk mengajari diriku sendiri bagaimana berbuat yang benar agar tidak terlihat bodoh.
Terlalu banyak kekurangan yang aku miliki, sementara waktuku hampir habis, walaupu demikian terkadang masih kehilangan kesadaran untuk memperbaiki kekuranganku dengan waktu yang tersisa.
Aku sangat yakin akan kelemahan diriku tapi sampai saat ini aku tidak tahu bagian paling penting yang menjadikan diriku belum bisa maksimal dalam melakukan perbaikan diri.
Terkadang ingin mencari orang yang berkompeten untuk menjelaskan ini semua, tapi sampai saat ini, aku belum merasakan ada yang bisa menjelaskannya. Akhirnya, aku kembalikan semua ini kepada Penciptaku, memohon, berharap, berdo'a dan terus berusaha mencari jawabannya.

Ref:
Al A'rof     : 23
Ali Imron  : 8

NOTE 16 : BAWAH SADAR

Sang Pencipta menjadikan indah bagi pandangan manusia terhadap kecintaannya akan kesenangan dari sosok wanita, anak-anak, harta benda mewah, kendaraan yang mengagumkan, binatang ternak dan usaha perkebunannya. Padahal semua itu hanya tipuan belaka bagai fatamorgana di tengah padang pasir, semua keindahan itu akan sirna, layu dan hilang seiring perjalanan waktu, yang tinggal hanya kisah perjuangan hidup untuk menggapai semua kesenangannya itu. Kebanggaan atas keberhasilan menggapai semua kesenangan itu juga akan berubah menjadi penyesalan dengan munculnya berbagai kesenangan baru yang terus datang serta semakin mempesona. Proses yang panjang dalam upaya memperoleh apa yang diinginkannya juga akan berisi sekian banyak korban, karena prestasi tidak akan dapat dicapai tanpa adanya perjuangan, sedangkan perjuangan sudah pasti akan membutuhkan banyak pengorbanan.
Manusia tidak akan mampu melepaskan diri dari semua tawaran kesenangan diatas, bisa jadi dia akan selamat dari satu atau dua diantaranya, namun terjatuh di bagian lainnya. Tidak ada jalan lain, manusia dituntut untuk melalui semua itu dan berupaya untuk mengendalikan dirinya agar tidak membuatnya terlena, lalu terjerat dalam perangkap keindahannya. Berbagai macam strategi manusia untuk menghadapinya, namun mungkin banyak sekali yang memang menceburkan dirinya ke dalam perangkap secara sadar maupun tidak sadar.
Lalu, untuk apa semua ini dijadikan? Adalah di dalamnya terkandung hikmah yang luar biasa dari keagungan Sang Pencipta, terlalu banyak untuk disebutkan. Sementara, kemampuan akal manusia tidak akan mampu menguak setetes saja dari hikmah yang ada dibalik semuanya. Namun, kita semua tahu bahwa tidak ada ciptaan-Nya yang tidak ada gunanya, sehingga kita seharusnya sadar dan berusaha mencari tahu lalu memahaminya, agar kita bisa lebih dekat dengan-Nya. Satu hikmah yang mungkin bisa kita ambil, bahwa kita hidup diuji dengan kesenangan yang terbatas bukan tidak terbatas untuk membedakan derajat satu manusia dengan manusia lainnya. Manusia diberi bekal sama berupa akal dan hati, namun berbeda dalam pemanfaatannya. Manusia juga diberi sarana petunjuk yang jelas, namun manusia juga berbeda dalam pemahamannya.
Kalau semua yang kita usahakan sekarang dalam upaya mencapai kesenangan ternyata hanya kita bisa nikmati sebentar saja lalu pada akhirnya hanya tinggal penyesalan dan kelelahan saja , lalu apa yang sebenarnya dan seharusnya kita kejar agar kita tidak menyesal dan juga tidak lelah. Ini hikmah kedua, bahwa kita ditawarkan dengan dua pilihan yang secara akal kita sudah sadar dan tahu bahwa salah satunya adalah sementara dan yang satu lagi adalah kekal, yang satu adalah azab dan yang satunya lagi adalah ampunan dan keridhoan-Nya. Lalu, mengapa kita terkadang masih cenderung terhadap yang sifatnya sementara? mungkin jawabannya adalah upaya keras dari musuh besar manusia yaitu syetan yang tidak hentinya membujuk ddan merayu agar kita lebih memilih apa yang diinginkanya.
Mari sama sama, kita bermohon kepada Sang Pencipta agar diselamatkan dari tipudaya syetan yang berupaya menggoda, mengajak ke jalan yang sesat. Berusaha menggapai apa yang sudah di sediakan-Nya dihadapan kita, bersabar atas apa yang sudah anugerahkan-Nya ditangan kita dan berharap dengan apa yang telah dijanjikan-Nya di kehidupan selanjutnya.

Ref:
Ali Imron    : 14
Al  Hadid    : 20

NOTE 15 : MAGNET KEHIDUPAN

Memang membingungkan, saat kita sadar sudah menjadi manusia yang terlahir dengan penuh kelemahan. Namun, dengan segala kelemahan tersebut, manusia dituntut untuk menjadikan kelemahannya sebagai alat untuk menunjukkan semangat juang mencapai manusia sempurna. Di lain sisi, manusia di iming-imingi dengan berbagai kesenangan kehidupan dunia yang menjadi jembatan terbaik bagi musuh besarnya (syaithon) untuk menjerumuskannya ke dalam kenistaan.
Bahkan, manusia terkadang secara tidak sadar sudah terjebak dalam suatu lingkaran kehidupan yang ternyata ketika tersadar saat hidayah menghampirinya, dia sudah jauh melangkah dan sulit untuk kembali ke jalan yang seharusnya dia tempuh. Lingkaran yang sudah terbentuk terasa sulit untuk diputus, sehingga dia akan tetap berada disana sampai waktu yang tidak terbatas. Kejahiliahannya akan hakikat kehidupan membuatnya tak mampu membedakan mana petunjuk dan mana tipuan, sehingga kebingungan dan kegelisahan terus mengikuti setiap langkahnya. Akhirnya, dia menjalani hidup dengan keadaan melawan hati nuraninya sendiri. Dia akan terus gelisah, bertanya dan belajar bagaimana sebaiknya mengatasi kebingungan di kepalanya. Sementara, dihadapannya terpapar banyak sekali pilihan yang tentu saja membutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup untuk memilih yang terbaik. Yang dilakukannya tidak lain adalah mencoba dan mencoba lagi sampai dia menemukan jalan terbaik, sementara waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan.
Ada suatu harapan, semua ini pasti akan berakhir, kita tidak tahu kapan itu terjadi, sehingga kita terbebas dari semua kebingungan ini. Akhir yang baik bagi semua permasalahan yang dihadapi, bagi perjuangan menuju manusia yang baik, bagi mahkluk lainnya, bahkan bagi alam sekitarnya. Selangkah demi selangkah, melepas semua kejahiliahan yang telah menjerumuskan dirinya, menuju suatu keyakinan yang menentramkan hatinya. Perlahan namun pasti melepas satu persatu perhiasan yang melekat pada dirinya dan menggantinya dengan perhiasan sejati yang telah dijanjikan Penciptanya.
Dua kutub yang berbeda, saling tarik menarik untuk menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yaitu kutub 'kelemahan manusia' dan kutub 'kehidupan dunia', sementara syetan dengan tipu muslihatnya menjadi jembatan yang mempertemukan dua kutub tersebut. Akhirnya, manusia terbuai, terlena dan lupa dengan tujuan hidup sebenarnya, sehingga waktu, energi, kemampuan dan daya upaya hanya terfokus untuk tujuan dunia, bahkan amalan akhiratnya pun digunakan untuk melancarkan urusan dunianya.
Saat manusia sudah merasa jenuh akan suatu bagian yang menjadi rutinitas kehidupannya, dia akan mencoba menghilangkan rasa jenuhnya dengan berbagai macam cara. Namun, jika semua cara yang ditempuhnya tidak mampu mengatasi perasaan yang kian menyesakkan dada, maka dia akan berusaha untuk mencari jalan keluar dari lingkaran rutinitas tersebut.
Coba kita renungkan, bukankah rasa jenuh itu muncul disebabkan tidak adanya peluang lain yang memberikan motivasi atau tantangan baru yang dapat membuka suatu harapan yang berbeda dari rutinitas sebelumnya. Jika, kita hanya berusaha untuk keluar tanpa adanya tempat baru yang menjanjikan suasana berbeda dari sebelumnya, itu berarti memindahkan kejenuhan menuju kepada kejenuhan lainnya.
Coba kita ingat-ingat, kenapa ada istilah hijrah? Hijrah berarti pindah dari suatu tempat yang buruk dan membahayakan menuju tempat yang menjanjikan kemananan dan perkembangan lebih pesat. Sehingga, kita harus jeli dalam hal mengambil keputusan untuk hijrah, kapan? kemana?dan bagaimana?
Kapan, berarti kita harus yakin bahwa tempat kita sekarang memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibenahi meskipun berbagai upaya sudah dilakukan, namun tidak ada hasilnya, bahkan usaha tersebut menjadikan suasana lebih buruk dari sebelumnya.Dan ketika, suasananya sudah mengancam kehidupan kita, maka itulah saatnya hijrah.
Kemana, berarti kita harus menyiapkan suatu tempat yang sesuai dengan apa yang kita harapkan, baik sarana maupun prasarana serta lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya tingkat kehidupan.

Ref :
An  Nashr    : 1
Ad  Dhuha   : 5

NOTE 14 : ARAH PROSES

Seperti pernah dituliskan dalam bahasan sebelumnya bahwa nilai suatu pencapaian tidak hanya dilihat dari hasil yang didapatkan namun dilihat juga dari usaha yang dilakukan untuk mendapatkannya. Dan telah dituliskan juga pada bahasan sebelumnya bahwa sebuah proses akan melalui tahapan yang sudah ada sebelum proses itu dimulai sehingga pencapaian yang sempurna akan akan lebih menitik beratkan pada usaha yang dilakukan daripada hasil yang akan dicapai.
Coba kita perhatikan, seorang anak kecil yang tadinya hanya bisa berbaring, kemudian merangkak, berjalan dan akhirnya berlari, kemudian menjadi remaja, dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Demikianlah, proses perjalanan hidup yang harus dilalui setiap manusia, namun manusia tidak perlu usaha dalam mencapainya sehingga manusia mampu berlari atau menjadi tua tanpa harus belajar bagaimana cara mencapainya. Manusia tidak juga bisa menolak proses dalam pencapaiannya, sehingga tidak bisa seorang bayi lahir kemudian langsung berlari atau menjadi tua, semua manusia diharuskan melewati proses yang sudah ditetapkan. Dan, banyak lagi proses yang terjadi di alam ini diluar diri manusia itu sendiri yang manusia tidak mampu untuk menolaknya, seperti proses siang menjadi malam atau sebaliknya, perputaran matahari, bumi dan bulan dll.
Perhatikan juga, seorang manusia yang memulai suatu usaha dari kecil, lalu berkembang pesat sehingga usahanya menjadi besar dan luas. Perhatikan juga, seorang manusia yang meniti karirnya dari seorang pegawai biasa, lalu dia berprestasi sehingga pada akhirnya menempati posisi yang tinggi. Ketiga proses perjalanan hidup manusia dalam pencapaiannya menjadi orang yang berilmu, berharta dan berpangkat adalah sebagian kecil contoh proses yang melibatkan manusia dalam pencapaiannya, sehingga pada umumnya manusia lebih banyak memberikan perhatiannya untuk proses jenis ini karena manusia seakan-akan memiliki andil dalam pencapaiannya atau bahkan ada sebagian manusia yang berfikir bahwa pencapaiannya adalah semata-mata dari usaha yang dilakukannya.
Permisalan diatas bisa juga digunakan utnuk mencoba memahami proses perjalanan seorang manusia yang berusaha mencapai suatu derajat dihadapan Tuhannya, dimana manusia akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas belajarnya agar bisa seirama dengan langkah kehidupannya, sehingga pada saatnya manusia akan diuji apakah layak naik kelas atau tidak. Namun, sekuat apapun perjuangan manusia, tidak jarang pula manusia keluar dari jalur pendidikan yang sedang ditempuhnya sehingga mengakibatkan dia harus mengikuti atau mengulangi lagi pelajaran yang tertinggal, itupun kalau seorang manusia bisa cepat beradaptasi dengan pelajaran yang diikutinya, jika tidak, maka resikonya adalah tinggal kelas dan jika dibiarkan berlarut-larut bisa mengakibatkan dia tidak akan pernah mendapatkan ijazah sebagai bentuk pencapaiannya.
Sebagai manusia sosial yang berkaitan dengan makhluk lainnya terkadang manusia tidak sadar mengikuti irama permainan yang berada disekelilingnya atau dia sadar namun tidak mampu menahan terpaan irama yang mendayu-dayu mengajaknya mengikuti langkah-langkah syaithon dan hawa nafsu. Dan memang, manusia harus sadar diri bahwa dia diciptakan sebagai makhluk yang lemah (pelupa, pengantuk, pembangkang dll), sehingga manusia tidak layak menganggap dirinya sempurna dengan apa-apa yang telah dicapainya, dan manusia juga tidak punya kekuatan mutlak yang mampu menangkis semua serangan yang ditimpakan pada dirinya sehingga sebentar saja manusia terlepas dari pegangannya dia akan diayun-ayun oleh segala macam rayuan, sanjungan, tipuan dll, yang bertujuan menjauhkan dia sejauh-jauhnya dari tempat dia berpegang.
Manusia seharusnya senantiasa sadar bahwa segala yang dilakukannya bukanlah atas kehendak dirinya sendiri, termasuk usaha yang dilakukan dalam proses menuju suatu pencapaian, melainkan semuanya adalah bimbingan dan arahan dari Sang Maha Pencipta, Pengasih dan Pemberi Hidayah. Dengan penciptaanNya lah semua terjadi, dengan sifat kasih sayangNya lah kita ditunjukkan jalan yang benar dan dengan HidayahNya lah kita dibimbing menjadi orang yang mau berusaha memperbaiki diri.
Semakin sadar kita akan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka seharusnya kita semakin sadar akan ketergantungan manusia terhadap Tuhannya. Kesadaran ini akan sangat membantu manusia yang sempat terlepas dari pegangannya untuk segera berusaha kembali kepada pegangannya dan mencoba memperkuatnya dengan jalan menggantungkan kekuatan dirinya kepada yang menciptakan kekuatan itu sendiri yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jadi, tidaklah layak manusia terlalu lama menyesali kegagalan yang dialaminya, tapi segeralah kembali dan perbaiki kerusakan atau ketinggalan yang sudah terjadi. Yakinlah, bahwa tidak ada seorangpun manusia yang luput dari kegagalan sepanjang proses hidupnya, maka manusia yang beruntung adalah manusia yang mampu menyikapi dengan baik setiap kegagalannya.
Ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari sebuah kegagalan, diantaranya adalah pertama, menyadarkan diri kita akan ketidakmampuan dan kelemahan kita dalam memprediksi apa yang akan terjadi besok serta ketergantungan yang besar terhadap bimbingan dan bantuan dari Allah Subhanahu Wa Ta'alasehingga kita akan selalu mengharapkan bantuan dan bimbingan dari AllahSubhanahu Wa Ta'ala, kedua, menjauhkan kita dari keangkuhan dan kesombongan dengan adanya kemampuan yang kita miliki serta menyadarkan kita bahwa semua kemampuan yang kita miliki adalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala, ketiga, kegagalan memperingatkan kita untuk berhati-hati agar kegagalan itu tidak terulang sehingga berusaha mangatur kembali dengan mengoreksi diri "apa yang telah kita lakukan?" dan memperbaiki segala sesuatunya agar lebih mempersempit ruang untuk terjadi lagi, keempat, memberikan motivasi yang lebih besar untuk menggapai apa yang menjadi tujuan kita bukan berputus asa, menyalahkan diri sendiri apalagi menyalahkan orang lain, berbuat sesuatu yang berakibat menjerumuskan kita ke dalam kesalahan lainnya.

Ref :
Yunus     :  24
Al Hajj   : 5

NOTE 13 : BUTUH KEPASTIAN

Sering sekali kita mendengar perdebatan antara dua manusia tentang perkara dalam ajaran agama, mereka saling beragumentasi atas kebenaran dari paham/pendapat masing-masing, terkadang kita sebagai masyarakat awam bingung memilih mana yang benar diantara pendapat/faham mereka dan seringkali perdebatan itu berujung dengan tidak berhasilnya mereka memperoleh satu kepastian atas perkara yang diperdebatkan, masing-masing kembali dengan membawa pendapat/fahamnya sendiri. Semuanya merasa kebenaran ada di pihaknya dengan dalil dan bukti yang mereka yakini lebih baik dari yang dimiliki oleh lawan debatnya.
Apa gerangan yang membuat itu semua terjadi? Mungkin saja karena ketiadaan figur bagi seluruh manusia yang disepakati bersama dalam keabsahannya untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang kurang benar atau mungkin saja salah, sehingga ketiadaan figur itulah yang membuat banyak kebingungan tentang perkara agama yang diperdebatkan dan hal ini akan terus berlangsung dan bertambah besar dengan bertambah banyaknya manusia yang mengikuti masing-masing pendapat/faham. Kemudian dari masing-masing kelompok yang terbentuk, secara internal terjadi perbedaan faham/pendapat pula sehingga terbentuk lagi kelompok baru dan terus begitu selagi akal fikiran manusia berkembang seiring perkembangan zaman. Figur yang dimaksud adalah Rasul Allah selaku pembawa ajaran agama, dengan keberadaan beliau tidak akan terjadi perselisihan dalam agama ini karena perbedaan pendapat/faham akan diputuskan langsung oleh beliau.
Bagaimana kita tidak sedih saat melihat umat manusia terbagi dalam berbagai kelompok yang semua merasa benar tentang pendapat/fahamnya, dengan kondisi demikian teringatlah kita akan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, kita merindukannya untuk menyatukan kembali umat ini ke dalam satu pemahaman saja, namun itu tidak akan mungkin terjadi karena semua perbedaan yang merupakan suratan takdir yang harus dilalui oleh manusia yang hidup setelah beliau wafat. Hanya saja kita menjadi bingung harus berada pada posisi yang mana? atau mengikuti pendapat/faham yang mana? agar kita bisa berada di jalan yang benar sesuai tuntunan yang diajarkan oleh beliau Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Kita seperti berada di sebuah terminal, banyak sekali mobil dengan jurusan yang sama namun memiliki fasilitas dan rute berbeda, semuanya mempromosikan kendaraan atau rute merekalah yang paling baik. Kita tidak akan pernah tahu kendaraan mana yang terbaik jika kita tidak mengenal masing-masing fasilitas yang dimiliki kendaraan dan rute yang akan dilaluinya, sementara kita tidak punya banyak waktu untuk mencobanya satu persatu, sehingga kita harus berani mengambil keputusan dan harus menaiki salah satu kendaraan, walaupun kita tidak bisa menjamin akan kebenaran pilihan kita.
Sejak dulu, Rasul diturunkan kepada suatu kaum agar mereka kembali ke ajaran agama yang benar. Namun, seiring waktu manusia kembali terjerumus oleh tipu daya musuh besarnya yaitu syaithon sehingga kemudian datanglah Rasul yang berikutnya untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar, kemudian mereka tersesat lagi, kemudian didatangkan kembali Rasul, dan begitulah seterusnya. Sampai akhirnya, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam datang sebagai penutup para Rasul yang berarti tidak ada lagi Rasul setelah wafatnya Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Sementara, musuh besar kita terus berupaya menyesatkan kita dengan membisikkan sesuatu ajakan atau saran yang mungkin saja sebagian dari kita menganggap bisikan tersebut adalah benar, karena sesuai dengan ilmu pengetahuan dan akal fikiran yang dimilikinya.
Seiring perjalan waktu, kualitas manusia dalam mengamalkan ajaran agama akan semakin menurun walaupun secara kuantitas pengikutnya bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena bisikan syaithon semakin merajalela seiring bertambahnya manusia yang menjadi pengikutnya. Dengan demikian, kita akan semakin bingung dalam menentukan pilihan disebabkan tidak adanya kepastian atau jaminan kebenaran dari suatu faham/pendapat dalam ajaran agama ini. Dan kita juga bertambah bingung mengingat sebagian perkara agama tidak bisa dijelaskan oleh kekuatan akal fikiran manusia namun hanya bisa difahami/mengerti dengan kekuatan iman, sementara kekuatan iman akan menurun seiring kualitas ajaran agama menurun.
Alhamdulillah, pokok ajaran agama ini sudah dijamin keaslian dan kesempurnaannnya oleh Sang Maha Pencipta sehingga kita masih memiliki kesempatan untuk menentukan pilihan yang benar, meskipun masih banyak juga perbedaan yang terjadi dalam memahami sebagian perkara di dalam pokok ajaran tersebut, tapi setidaknya kita masih dalam satu arah dan tujuan yang sama. Kita masih punya harapan untuk memilih jalan yang terbaik dengan cara mempelajari secara mendalam mengenai perkara-perkara yang diatur dalam pokok ajaran agama sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kita. Walaupun, waktu yang kita miliki tidak akan mencukupi untuk memahami semua yang tertulis dan tersirat didalam pokok ajaran tersebut, namun usaha yang kita lakukan sudah memiliki nilai lebih daripada kita terus berada dalam kebingungan dan/atau hanya mengekor seseorang atau suatu ajaran yang kita tidak mengerti akan kebenarannya.

Ref :
Al maidah   : 3
An Nisa       : 59

NOTE 12 : MISTERI AGAMA

Seperti yang telah kita fahami bersama bahwa agama adalah pedoman hidup manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia fana ini. Dengan agama kita dibimbing untuk melindungi diri dari perkara yang akan membuat kita celaka di dunia maupun di akherat, namun ada sebagian manusia yang tidak menyadari akan keberadaan anugerah terbesar yang diberikan Sang Pencipta ini disebabkan keterbatasan waktu yang dimiliki mereka untuk memahami agama yang dianutnya.
Kita dihadapkan dengan musuh yang sangat licik dan berpengalaman, sehingga tidaklah mudah bagi seorang manusia untuk menghadapi semua bentuk serangan tipu daya yang dilancarkan oleh musuh kita tersebut. Dan yakinlah, manusia tidak akan sanggup menghadapinya dengan kekuatannya sendiri, sedangkan manusia tidak akan bisa lari dari kenyataan bahwa dirinya terancam bahaya besar sepanjang hidupnya. Mungkin saja sebagian manusia menganggap dirinya tidak memerlukan agama, sehingga kita bisa melihat banyak kerusakan yang telah diakibatkan oleh mereka yang termasuk dalam kelompok ini. Mungkin juga ada sebagian manusia menganggap ajaran agama sebagai suatu alat saja untuk mencapai tujuan keduniaan, sehingga mereka menjalani agama sekehendak hati yang menurutnya sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan, namun karena tujuannya adalah dunia sedangkan dunia itu fana sehingga yang mereka dapatkan hanyalah pencapaian semu dan tak jarang sebagian mereka baru tersadar setelah berada di ujung kehidupannya.
Begitulah kelicikan yang dilancarkan oleh musuh besar manusia yang memanfaatkan hawa nafsu dan keterbatasan akal yang ada dalam diri manusia untuk menggiring kita baik langsung maupun secara perlahan dan bertahap menuju ke jurang kealfaan akan keberadaan Sang Pencipta. Seharusnya kita sangat bersyukur dengan diturunkannya agama yang bertujuan membimbing kita untuk terhindar dari serangan musuh besar kita, yaitu syaithon. Seharusnya kita juga sadar akan kelemahan yang kita miliki sehingga agamalah yang akan membantu kita dengan segala aturan yang ada di dalamnya, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Zat yang membuat aturan tersebut lebih mengetahui tentang apa dan bagaimana musuh yang kita hadapi. Ajaran agama merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap hamba-hambaNya agar dapat selamat dalam mengarungi perjalanan hidupnya. Namun, sebagian manusia tidak yakin/sadar akan keberadaan agama sebagai pelindungnya bahkan sebagian manusia menganggap agama sebagai penghalang dalam mencapai tujuannya. Manusia akan sadar kembali setelah menemui jalan buntu dan tak seorangpun manusia atau makhluq ciptaan lain yang bisa menolongnya namun kebanyakan disaat kondisi seperti itu manusia sudah tidak berdaya lagi untuk mengembalikan yang sudah terlanjur terlewatkan, pada akhirnya hanya pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja yang menjadi harapan satu-satunya.
Sebagian manusia yang sedang berada di lembah kenistaan, ada saat dimana kondisi dirinya sudah terpuruk dan seakan tak sanggup lagi menjalani hidup, sebagian lagi manusia yang memiliki sebuah keinginan duniawi yang dianggapnya terlalu berat untuk diwujudkan sehingga manusia mencari sesuatu untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapinya, saat seperti itulah musuh besar kita datang untuk menawarkan pertolongan, terkadang dalam kenyataannya memang berhasil membantu mereka, walaupun cara yang ditempuh untuk mencapainya ternyata diluar lingkaran aturan agama yang dianutnya. Namun, yakinlah bahwa semua pertolongan yang disandarkan kepada makhluk tidaklah diberikan secara cuma-cuma, semuanya memiliki imbalan atas pertolongan yang telah diberikan dan jika jalan yang ditempuh diluar jalur agama maka imbalannya juga akan berupa perkara di luar jalur agama. Tentunya manusia yang sudah terlanjur terikat dengan perjanjian atas bantuan yang telah diberikan akan terus berlanjut sampai kita menjadi budak/pelayan dari yang memberikan pertolongan. Manusia seharusnya pada kondisi sesulit apapun berusaha mendahulukan Sang Pencipta sebagai tempat memohon pertolongan satu-satunya atas semua keperluan kita, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat senang dengan hambaNya yang selalu ingat dan bermohon kepadaNya sambil kita tetap berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi dengan cara-cara yang telah diatur olehNya.
Mengapa sebagian manusia masih ada yang meminta pertolongan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mungkin jawabannya adalah karena mereka ragu bahkan mengingkari keberadaan dan kebenaran agama sehingga berusaha mencari cara lain diluar ajaran agama. Mereka lebih yakin dengan cara cara diluar ajaran agama yang memang direkayasa oleh musuh besar kita agar terlihat dan tampak lebih cepat dan nyata hasilnya, lebih menggiurkan tanpa usaha-usaha yang tidak memerlukan proses yang lama dan mudah dilakukan dibandingkan cara-cara yang ditawarkan oleh ajaran agama yang menurut mereka sulit dilakukan dan prosesnya lama sehingga tidak menjadi pilihan bagi mereka dalam penyelesaian masalah yang mereka hadapi.
Keraguan yang muncul dalam hati manusia disebabkan manusia mengedepankan akal fikiran dalam memutuskan perkara hidupnya sehingga manusia berfikir dan mengambil keputusannya hanya berdasarkan akal fikirannya semata. Padahal, dalam memahami agama, manusia tidak hanya memerlukan ilmu pengetahuan tapi manusia juga perlu iman yaitu kepercayaan/keyakinan terhadap kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta serta aturan yang telah diturunkanNya.
Keterbatasan akal kita dalam memahami ajaran agama adalah hal yang wajar sebagai bukti bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah dan sedikit sekali ilmu yang diberikan kepada kita. Hal ini bisa berarti, pertama, kita diminta mengakui kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas keluasan ilmuNya dan kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah sanggup menampung semua ilmu pengetahuan tentang agama karena keterbatasan kemampuan akal yang kita miliki dan kedua, merupakan ujian atas keimanan yang kita miliki.

Ref:
Yaasiin     : 74
Al Kahfi    : 104