Seperti yang telah kita fahami
bersama bahwa agama adalah pedoman hidup manusia dalam menjalani kehidupannya
di dunia fana ini. Dengan agama kita dibimbing untuk melindungi diri dari
perkara yang akan membuat kita celaka di dunia maupun di akherat, namun ada
sebagian manusia yang tidak menyadari akan keberadaan anugerah terbesar yang
diberikan Sang Pencipta ini disebabkan keterbatasan waktu yang dimiliki mereka
untuk memahami agama yang dianutnya.
Kita dihadapkan dengan musuh yang
sangat licik dan berpengalaman, sehingga tidaklah mudah bagi seorang manusia
untuk menghadapi semua bentuk serangan tipu daya yang dilancarkan oleh musuh
kita tersebut. Dan yakinlah, manusia tidak akan sanggup menghadapinya dengan
kekuatannya sendiri, sedangkan manusia tidak akan bisa lari dari kenyataan
bahwa dirinya terancam bahaya besar sepanjang hidupnya. Mungkin saja sebagian
manusia menganggap dirinya tidak memerlukan agama, sehingga kita bisa melihat
banyak kerusakan yang telah diakibatkan oleh mereka yang termasuk dalam
kelompok ini. Mungkin juga ada sebagian manusia menganggap ajaran agama sebagai
suatu alat saja untuk mencapai tujuan keduniaan, sehingga mereka menjalani
agama sekehendak hati yang menurutnya sesuai dengan tujuan yang mereka
inginkan, namun karena tujuannya adalah dunia sedangkan dunia itu fana sehingga
yang mereka dapatkan hanyalah pencapaian semu dan tak jarang sebagian mereka baru
tersadar setelah berada di ujung kehidupannya.
Begitulah kelicikan yang dilancarkan
oleh musuh besar manusia yang memanfaatkan hawa nafsu dan keterbatasan akal
yang ada dalam diri manusia untuk menggiring kita baik langsung maupun secara
perlahan dan bertahap menuju ke jurang kealfaan akan keberadaan Sang Pencipta.
Seharusnya kita sangat bersyukur dengan diturunkannya agama yang bertujuan
membimbing kita untuk terhindar dari serangan musuh besar kita, yaitu syaithon.
Seharusnya kita juga sadar akan kelemahan yang kita miliki sehingga agamalah
yang akan membantu kita dengan segala aturan yang ada di dalamnya, karena Allah Subhanahu
Wa Ta’ala sebagai Zat yang membuat aturan tersebut lebih mengetahui
tentang apa dan bagaimana musuh yang kita hadapi. Ajaran agama merupakan salah
satu bentuk kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap
hamba-hambaNya agar dapat selamat dalam mengarungi perjalanan hidupnya. Namun,
sebagian manusia tidak yakin/sadar akan keberadaan agama sebagai pelindungnya
bahkan sebagian manusia menganggap agama sebagai penghalang dalam mencapai
tujuannya. Manusia akan sadar kembali setelah menemui jalan buntu dan tak
seorangpun manusia atau makhluq ciptaan lain yang bisa menolongnya namun
kebanyakan disaat kondisi seperti itu manusia sudah tidak berdaya lagi untuk
mengembalikan yang sudah terlanjur terlewatkan, pada akhirnya hanya pertolongan
dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja yang menjadi harapan
satu-satunya.
Sebagian manusia yang sedang berada
di lembah kenistaan, ada saat dimana kondisi dirinya sudah terpuruk dan seakan
tak sanggup lagi menjalani hidup, sebagian lagi manusia yang memiliki sebuah
keinginan duniawi yang dianggapnya terlalu berat untuk diwujudkan sehingga
manusia mencari sesuatu untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapinya, saat
seperti itulah musuh besar kita datang untuk menawarkan pertolongan, terkadang
dalam kenyataannya memang berhasil membantu mereka, walaupun cara yang ditempuh
untuk mencapainya ternyata diluar lingkaran aturan agama yang dianutnya. Namun,
yakinlah bahwa semua pertolongan yang disandarkan kepada makhluk tidaklah
diberikan secara cuma-cuma, semuanya memiliki imbalan atas pertolongan yang
telah diberikan dan jika jalan yang ditempuh diluar jalur agama maka imbalannya
juga akan berupa perkara di luar jalur agama. Tentunya manusia yang sudah
terlanjur terikat dengan perjanjian atas bantuan yang telah diberikan akan
terus berlanjut sampai kita menjadi budak/pelayan dari yang memberikan
pertolongan. Manusia seharusnya pada kondisi sesulit apapun berusaha
mendahulukan Sang Pencipta sebagai tempat memohon pertolongan satu-satunya atas
semua keperluan kita, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat
senang dengan hambaNya yang selalu ingat dan bermohon kepadaNya sambil kita
tetap berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi dengan
cara-cara yang telah diatur olehNya.
Mengapa sebagian manusia masih ada
yang meminta pertolongan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
mungkin jawabannya adalah karena mereka ragu bahkan mengingkari keberadaan dan
kebenaran agama sehingga berusaha mencari cara lain diluar ajaran agama. Mereka
lebih yakin dengan cara cara diluar ajaran agama yang memang direkayasa oleh
musuh besar kita agar terlihat dan tampak lebih cepat dan nyata hasilnya, lebih
menggiurkan tanpa usaha-usaha yang tidak memerlukan proses yang lama dan mudah
dilakukan dibandingkan cara-cara yang ditawarkan oleh ajaran agama yang menurut
mereka sulit dilakukan dan prosesnya lama sehingga tidak menjadi pilihan bagi
mereka dalam penyelesaian masalah yang mereka hadapi.
Keraguan yang muncul dalam hati manusia
disebabkan manusia mengedepankan akal fikiran dalam memutuskan perkara hidupnya
sehingga manusia berfikir dan mengambil keputusannya hanya berdasarkan akal
fikirannya semata. Padahal, dalam memahami agama, manusia tidak hanya
memerlukan ilmu pengetahuan tapi manusia juga perlu iman yaitu
kepercayaan/keyakinan terhadap kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta serta
aturan yang telah diturunkanNya.
Keterbatasan
akal kita dalam memahami ajaran agama adalah hal yang wajar sebagai bukti bahwa
manusia merupakan makhluk yang lemah dan sedikit sekali ilmu yang diberikan
kepada kita. Hal ini bisa berarti, pertama, kita diminta mengakui kebesaran dan
keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas keluasan ilmuNya dan
kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah sanggup menampung semua ilmu
pengetahuan tentang agama karena keterbatasan kemampuan akal yang kita miliki
dan kedua, merupakan ujian atas keimanan yang kita miliki.
Ref:
Yaasiin : 74
Al Kahfi : 104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar