Mungkin kita pernah
mendengar/membaca bahwa alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan, panas
dan dingin, malam dan siang, laki-laki dan perempuan dan lain sebagainya. Jika
kita mau meluangkan waktu sedikit untuk merenung, maka banyak sekali hikmah
yang bisa kita ambil dari perbedaan yang terjadi antara dua sisi mata uang
tersebut. Tentunya, dengan cara mempelajari sifat dan karakteristik yang
dimilki oleh masing-masing sisinya. Hal ini mungkin perlu kita perhatikan,
karena kita sangat sulit sekali atau tidak akan pernah sama sekali berada di ke
dua sisinya pada saat yang sama yang menyebabkan kita harus tetap memilih atau
dipilihkan pada salah satu sisi saja, sehingga jika kita berada pada salah satu sisi berarti kita sudah meninggalkan
satu sisi lainnya.
Mungkin terlintas dalam fikiran
kita, bahwa kita bisa saja berada di kedua sisinya pada saat yang sama, maka
yakinlah bahwa kemungkinan besar itu terjadi karena keterbatasan ilmu yang kita
miliki mengenai kedua atau salah satu sisinya. Hal ini akan memberikan motivasi
yang baik buat kita untuk selalu bertanya “apakah saat ini hati, perkataan atau
perbuatan kita atau mungkin posisi kita sudah benar?”, sehingga dengan
sendirinya kita akan terus menerus mencari ilmu akan kebenaran tentang suasana
hati, isi ucapan, tingkah laku serta posisi di setiap saat dalam hidup kita.
Tentu saja, dengan adanya koreksi terus menerus akan membuat diri kita sedikit
demi sedikit menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun, kita juga harus
tetap memliki kesadaran bahwa usaha ini tidak akan pernah selesai.
Selagi kita berusaha mencari
kejelasan mengenai sisi-sisi yang ada dalam perkara yang besar/penting terutama
kaitannya dengan agama, tiada salahnya jika kita mencoba mencari tahu juga
sisi-sisi yang terdapat dalam perkara yang kita anggap kecil/sepele, seperti:
bagaimana kita minum, memegang/membaca buku, keluar masuk rumah dan lain-lain.
Perkara yang kita anggap kecil/sepele ini sangat rentan untuk menjadi celah
masuknya bisikan syaithon dan jebakan syahwat, dikhawatirkan akan menjadi
pemicu rusaknya perkara yang besar. Jika hal sepele/kecil tersebut ternyata
pada sisi yang benar, tentunya akan memberikan manfaat untuk kita begitu juga
sebaliknya, karena setiap sisi memiliki dampak yang terkadang ilmu pengetahuan kita
tidak mampu menjangkaunya.
Pada saat yang sama kita bisa saja
berada di suatu sisi dari berbagai macam mata uang, yang berarti kita tidak
hanya berada dalam satu kondisi saja. Sebagai contoh : saat kita sholat, maka
kita dihadapkan pada dua sisi hati, dua sisi ucapan dan dua sisi perbuatan.
Tentu saja, memerlukan latihan yang benar diiringi kesungguhan agar bisa tetap
menjaga setiap mata uang (hati, ucapan dan perbuatan) agar bisa selaras dan
berada pada sisi yang kita inginkan sehingga ketiganya bisa saling menguatkan
satu sama lain. Situasi seperti ini akan terus kita temui, menuntut kita untuk
lebih banyak belajar terutama bertanya dari orang-orang yang sudah lebih dulu
sanggup melakukannya dengan dilandasi aturan-aturan agama.
Kita juga dituntut untuk
memaksimalkan satu sisi dibandingkan sisi yang lainnya, sebagai contoh:
manfaatkanlah waktu luang kita sebaik-baiknya untuk berbuat baik sebelum datang
waktu yang sempit, begitu juga saat sehat sebelum sakit, saat muda sebelum tua
dan lain sebagainya. Kita tidak membahasnya satu persatu, namun kita sudah
cukup diberi gambaran bahwa ada saat dimana kita berada pada suatu sisi namun
hampir bisa dipastikan nantinya kita akan berada pada sisi yang berlawanan.
Selagi kita diberi karunia keluangan waktu, kesehatan, masih muda dan kekayaan
maka seharusnyalah kita berusaha memaksimalkan posisi kita sesuai kehendak yang
memberi semua karunia tersebut, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
jangan menunggu sampai karunia itu hilang dari diri kita.
Sekali waktu, penulis berada di
pasar untuk belanja keperluan dapur bersama istri tercinta, ada yang menarik
perhatian penulis ditengah riuhnya suasana pasar, ada tiga anak kecil membawa
uang receh dengan pakaian agak lusuh dan dua orang diantaranya tanpa alas kaki
memesan mie instan di warung kopi, sementara disekitarnya ada sebagian orang
membelanjakan uangnya yang mungkin nilainya cukup untuk membiayai keperluan
makan ketiga anak tersebut selama seminggu atau mungkin sebulan. Alangkah
indahnya dunia ini seandainya kita semua sadar akan hikmah dari perbedaan yang
terjadi, bagaimana seandainya seorang yang sehat bersyukur dengan kesehatan
yang dimilikinya dan bertanya bagaimanakah kiranya nasib/kondisi orang yang
sedang sakit, sehingga terlintaslah dibenaknya untuk mengunjungi orang yang
sakit dan semakin bertambahlah rasa syukur atas nikmat kesehatannya. Begitu
juga orang yang kaya yang merasa telah dipercaya Allah Subhanahu Wa
Ta’ala untuk dititipi harta yang banyak dan bertanya bagaimanakah
nasib/kondisi orang yang tidak banyak dikarunia harta seperti dirinya, sehingga
berangkatlah dia dari tempat duduknya untuk berusaha berbagi dengan orang-orang
yang memerlukan sebagian kecil dari harta yang dimilkinya. Subhanallah.
Sepanjang perjalanan hidup ini, kita
terus dihadapkan dengan banyak hal yang memilki dua sisi mata uang dan
masing-masing sisi akan memiliki banyak ragam mata uang lagi yang masing-masing
juga memiliki dua sisi yang berbeda, tidak ada bedanya dengan reaksi berantai.
Masing-masing manusia dikaruniai kapasitas dan kualitas akal fikiran yang
berbeda sehingga tidak heran bila nilai manusia akan ditentukan oleh akal
fikiran yang dimilikinya.
Semua
sisi yang kita uraikan diatas akan memiliki arah dan tujuan tertentu. Jika
tujuannya diarahkan ke dunia, maka sisi-sisinya akan mengarahkannya untuk hasil
yang berupa dunia, namun jika tujuannya berupa penghargaan dari manusia, maka
sisi-sisinya mengarahkan kita untuk hasil yang berupa penghargaan manusia juga.
Maka, akan lebih baik, jika semua sisi yang kita dapati/temui dianalisa dengan
aturan agama dan arahkan menuju keridhoan AllahSubhanahu Wa Ta’ala.
Ref
:
Al Lail : 5-10
Asy Syams : 8-10
Al Balad :10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar