Dalam sebuah perjalanan hidup,
terkadang kita berada dalam suatu kondisi yang menuntut kita membuat sebuah
keputusan yang mau tidak mau harus diambil saat itu juga, sehingga kita hanya
diberikan waktu yang sangat singkat untuk berfikir, lalu hasil dari keputusan
tersebut ternyata memberikan dampak yang cukup berarti terhadap sisa perjalanan
hidup kita. Kondisi seperti itu tidak hanya terjadi satu atau dua kali bahkan
berkali kali, namun tidak semuanya atau mungkin hanya sebagian saja yang bisa
kita putuskan dengan baik dan menghasilkan hal yang baik pula, tergantung
kondisi akal fikiran dan hati kita saat mengambil keputusan.
Seiring perjalanan waktu, banyak hal
yang terjadi pada diri kita, adakah terbetik di dalam hati sebuah keinginan untuk
mencoba mengevaluasi fikiran dan hati? Berharap hasilnya nanti akan berefek ke
tingkah laku sebagai buktinya. Walaupun, itu hanya sebuah niat yang belum tentu
bisa tercapai sesuai harapan, namun dalam kenyataannya, sangat disadari bahwa
segala bentuk perubahan perlu proses, semakin tinggi tingkat perubahan yang
akan dicapai maka, akan semakin panjang dan rumit proses yang harus dilewati. Butuh keinginan yang kuat agar kita bisa tetap
berharap dan terus mencoba serta berusaha tanpa pernah putus asa untuk suatu
perubahan menuju ke arah kebaikan.
Berawal dari evaluasi (muhasabah)
yang terasa cukup panjang dari apa yang telah dilakukan, difikirkan dan
diyakini sehingga, seharusnya kita sadar, bahwa terlalu banyak kesalahan yang
telah kita lakukan, baik itu perkara hati, lisan atau perbuatan, baik yang
menyangkut hubungan dengan Sang Maha Pencipta maupun sesama makhluknya terutama
manusia. Terkadang, tanpa kita sadari, air mata sudah menetes setelah menyadari
betapa banyak dan besarnya kesalahan yang telah kita lakukan sehingga, kita
sudah membayangkan betapa berat rintangan yang harus dihadapi dalam proses merubah
diri menjadi lebih baik.
Mungkin saja ada sedikit keraguan
dalam hati, sanggupkah kita menjalani proses ini? Dan akankah tercapai apa yang
kita inginkan? Hanya Sang Maha Pencipta yang bisa membantu, membimbing dan
mengarahkan kita.
Banyak faktor pemicu yang
memunculkan keinginan dalam hati kita untuk berubah, salah satunya adalah
manusia di sekitar kita. Mungkin saja kita bertemu seseorang yang mampu
memberikan motivasi untuk menghentikan sebuah petualangan tanpa akhir yang
penuh sesak dengan dosa dan kesalahan sehingga terbetik dalam hati kita untuk
berikrar bahwa “Petualangan selesai
saatnya mencari sesuatu yang hakiki”. Tapi, ini bukanlah akhir tapi
merupakan awal dari suatu perjuangan yang tidak bisa dipungkiri lagi akan butuh
segudang pengorbanan.
Umumnya, bentuk pengorbanan awa yang
kita lakukan berupa meninggalkan hal yang kita senangi apalagi hal itu sudah
tertanam ke dasar hati sehingga terasa berat untuk ditinggalkan mengingat
terlalu banyak kenangan yang sudah dilewati. Tapi, kita tidak boleh terlalu
lama terbuai oleh semua kesenangan yang dalam prosesnya penuh dengan hal nyata
atau tidak nyata berada di luar koridor aturan Sang Maha Pengatur sehingga pada
ujungnya akan berubah menjadi suatu hal yang menyakitkan. Hal itu merupakan
salah satu bukti bahwa kita berada dalam lingkaran semu. Kesenangan sejati haruslah berdasarkan aturan-aturan yang telah dibuat
oleh Sang Maha Pencipta Kesenangan itu sendiri.
Kita hanya berusaha dan berdo’a
namun Sang Maha Penciptalah yang menentukan. Kita hanya mampu berusaha dan
berjuang semaksimal mungkin untuk tidak hanya meninggalkan tapi juga
menghindari segala sesuatu yang menyebabkan kita terbuai oleh tipu daya syaiton
dan jebakan syahwat yang selalu mendampingi kita dimana dan kapanpun kita
berada untuk semaksimal mungkin juga berupaya mengajak kita untuk membenarkan apa
yang dilarang oleh Sang Maha Pencipta.
Bagaimana kita bisa mendapat
bimbingan, karunia dan rahmat serta segala kebaikan yang telah dijanjikanNya
jika kita berada di luar jalur yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta?
Butuh kekuatan dan keyakinan hati untuk tetap berjalan dalam kebenaran, namun tidaklah semua usaha, perjuangan dan
pengorbanan itu sia-sia jika kita melakukannya dengan penuh keikhlasan dengan
mengharap ridho dari Sang Maha Pencipta sebagai tujuan utama.
Akhirnya,
semoga langkah ini akan menjadi kebaikan bagi kita semua termasuk orang
disekitar kita dan menjadi titian awal menuju suatu perubahan yang mendasar
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita hanya ditugasi untuk beribadah (menjauhi
laranganNya dan mengerjakan perintahNya), adapun perkara lain selain itu, kita
berserah diri dan biarkanlah Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja
yang memilihkan/mengatur jalan mana yang harus kita tempuh.
Ref :
Az Zumar : 53-59
Ali Imron : 135
Al Baqoroh : 284-286
Tidak ada komentar:
Posting Komentar